Ali alami malnutrisi parah dan komplikasi akibat sunat gagal yang dilakukan oleh praktisi tak berkualifikasi. Dirinya yang terlihat seperti kerangka terbalut kulit kini hanya terbaring lemas di kasur rumah sakit (RS).
Meski tengah dirawat di RS al-Sabeen kondisi Ali tak bisa membaik. RS tak memiliki fasilitas memadai karena dokter serta perawat-perawatnya kebanyakan pergi menjauhi peperangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia sekarat, Anda bisa melihatnya," kata sang ibu, Wadha, menyaksikan tubuh kurus Ali yang dibungkus oleh piama hijau.
"Saya ingin menghadapkan Ali ke Kabah," lanjutnya mengacu pada kepercayaan muslim yang wajib salat dan dikubur menghadap ke Kabah, dikutip dari Reuters pada Senin (3/8/2015).
Baca juga: Faktor-faktor yang Pengaruhi Pengentasan Malnutrisi di Indonesia
Gangguan dari kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh perang telah membuat banyak orang di Yaman kehilangan mata pencahariannya. Orang tua Ali yang tadinya mampu membiayai kebutuhan hidup sekarang bahkan kesulitan untuk membeli air.
"Kami punya kehidupan yang layak sebelum perang dimulai, kami memiliki bisnis dan budidaya tanaman. Tapi sekarang harga solar menjadi mahal dan suami saya tidak mampu membeli air," cerita Wadha.
Laporan dari United Nations Children's Fund (UNICEF) menunjukkan sekitar 16 ribu anak telah mendapat perawatan malnutrisi dan ada sekitar 1,3 juta anak yang berisiko malnutrisi di Yaman.
Perdamaian, solusi untuk krisis bahan bakar, dan restorasi layanan kesehatan dikatakan UNICEF perlu segera diraih agar kondisi kehidupan anak-anak membaik. Namun untuk Ali, hal tersebut sepertinya mungkin akan datang terlambat.
"Jika Anda melihat wajahnya, Anda dapat melihat kematian sudah dekat," tutup Wadha sambil menatap wajah anaknya. (fds/vit)











































