Beberapa ibu mengeluhkan jumlah ASI yang dikeluarkannya sangat sedikit. Bahkan ada pula yang harus menunggu hingga berjam-jam agar mampu mengeluarkan ASI untuk diberikan pada anaknya yang baru lahir.
Menurut dr Candra Wijaya, Health Team Coordinator Wahana Visi Indonesia, dalam kondisi ini, ketakutan biasanya muncul di dalam diri si ibu. Apalagi ditambah dengan tangisan bayi yang tak henti-henti. Biasanya pula si ibu atau keluarga akan beranggapan bahwa bayi masih merasa lapar, sehingga tidak berhenti menangis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Wahana Visi: Masih Banyak Institusi Kesehatan yang Tidak Pro ASI
Dengan begitu, tidak jarang banyak ibu yang tergoda menggunakan susu formula karena ASI yang belum keluar. Padahal, kondisi seperti ini harus dihadapi dengan lebih tenang. Sebab menurut dr Candra, ukuran lambung bayi pada saat lahir hanya sebesar kelereng. Jadi, dengan mengonsumsi beberapa tetes ASI saja, bayi sudah kenyang.
"Jangan buru-buru ambil keputusan untuk memberi sufor (susu formula). Yang penting si bayi terus berada di dekapan si ibu. Jadi selama 2x24 jam meskipun tidak ada asupan makanan, tidak apa-apa," ujarnya.
Selanjutnya, kehangatan dan interaksi kulit secara langsunga antara anak dan ibu akan memberi rangsangan pada produksi prolaktin dan oksitoksin pada ibu. Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI.
"Jadi tidak apa-apa kalau bayi belum bisa disusui sesaat setelah lahir, tapi dengan catatan harus terus dalam dekapan ibu," tutupnya.
Baca juga: Oleh-oleh ASI Perah untuk si Kecil: Hasil Pumping di Mobil dan Pesawat (vit/up)











































