Rumitnya Para Ahli Menelusuri Penyebab Gemuk yang Sesungguhnya

Rumitnya Para Ahli Menelusuri Penyebab Gemuk yang Sesungguhnya

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Minggu, 09 Agu 2015 14:07 WIB
Rumitnya Para Ahli Menelusuri Penyebab Gemuk yang Sesungguhnya
Foto: Manuel Faba Ortega
Jakarta - Pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik sudah jelas menjadi penyebab utama obesitas. Namun para ilmuwan tidak pernah puas untuk mengungkap faktor lain yang berpengaruh pada kegemukan.

Prof dr Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD dari Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) dalam simposium obesitas di Hotel Harris, Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengungkap perbedaan 2 jenis lemak yang berpengaruh terhadap risiko obesitas maupun kegemukan secara umum.

Brown adipocytes tissue (BAT) atau dalam bahasa awam kerap disebut brown fat merupakan jenis lemak yang dibakar untuk menghasilkan energi. Sebaliknya, white adipocytes tissue (WAT) atau white fat merupakan lemak yang ditimbun, yang merupakan penyebab kegemukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Prof Sidarta, berbagai penelitian membuktikan bahwa kedua jenis lemak ini bersifat plastis. Artinya ada saatnya brown fat berubah menjadi white fat, begitu pula sebalinya. Kegemukan terjadi ketika komposisi white fat jauh lebih banyak dari brown fat.

Teori inilah yang mendasari adanya penelitian tentang vaksin gemuk. Para ilmuwan, saat ini tengah mengembangkan teknologi untuk yang bisa mengubah white fat menjadi brown fat sehingga seseorang menjadi tidak mudah gemuk.

"Vaksin gemuk ini sangat menjanjikan. Tapi belum akan tersedia dalam waktu dekat ini karena masih diteliti," kata Dr dr Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, Ketua Himpunan Studi Obesitas Indonesia, Minggu (9/8/2015).

Baca juga: Dokter: Lebih dari Separuh Penduduk Jakarta Mengidap Obesitas

Faktor lain yang kerap terlupakan adalah chronodisruption atau gangguan oleh cahaya. Normalnya, jam biologis manusia diatur oleh circadian rythm berdasarkan perbedaan gelap dan terang. Termasuk di dalamnya adalah sistem metabolisme, yang juga dipengaruhi siklus siang-malam.

Namun kehidupan manusia modern mengacaukan siklus tersebut. Kerja shift malam serta penerangan yang berlebih membuat tubuh tidak bisa lagi mengenali perbedaan siang dan malam. Akibatnya, sistem metabolisme mengalami kekacauan dan berdampak pada kegemukan.

"Manusia hidup di abad ke-21 dengan gen kuno yang tidak beradaptasi dengan chronodisruption," kata Andi Wijaya, PhD, salah seorang ilmuwan pendiri Himpunan Studi Obesitas Indonesia.

Baca juga: Studi: Pasien Obesitas Sulit Kembali Memiliki Berat Badan Sehat (up/up)

Berita Terkait