Bukan rahasia lagi, tuntutan ekonomi saat ini mengharuskan wanita ikut mencari kerja dan berkarir agar mampu menopang kebutuhan keluarga. Biasanya, cuti melahirkan hanya diberikan selama 3 bulan oleh kebanyakan kantor. Hal ini memang belum sejalan dengan program ASI eksklusif yang menganjurkan agar anak diberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan.
Cara yang paling sering digunakan untuk 'mengakali' kondisi ini antara lain adalah dengan memerah ASI. Ibu yang harus kembali bekerja biasanya akan memerah ASI-nya untuk kemudian diberikan pada anaknya. Ibu juga bisa memerah ASI di kantor untuk kemudian diantarkan ke rumah agar bisa langsung diberikan kepada anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jangan Takut Jika ASI Belum Keluar Setelah Persalinan
Dr Candra menganjurkan jika anak diberi ASI perah, sebisa mungkin tidak menggunakan botol dengan dot. Hal ini dapat memicu anak mengalami bingung puting. Sebab, jika anak terbiasa meminum ASI melalui dot, maka akan ada kecenderungan pada anak untuk menolak ketika diberikan ASI secara langsung oleh ibunya.
"Padahal, semakin sering ibu menyusui secara langsung, payudara ibu akan mendapat stimulus yang berguna untuk memperlancar produksi ASI, " ujar dr Candra saat diwawancarai detikHealth pada konferensi pers Wahana Visi Indonesia, di Gandaria City, Jakarta, seperti ditulis Minggu (9/8/2015) .
Pada kesempatan ini, dr Candra yang juga merupakan Health Team Leader Wahana Visi Indonesia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap minimnya kesadaran pemberian ASI secara eksklusif pada masyarakat Indonesia.
Dari data Kementerian Kesehatan RI 2013, hanya 35% bayi Indonesia mendapat inisiasi menyusu dini, 38% bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan, dan 37% anak berusia 6-23 bulan mendapat makanan pendamping ASI yang memadai.
Mengangkat tema 'Aksi ASI: Ibu Bekerja, ASI Beraksi', Wahana Visi Indonesia juga mengundang Agni Pratistha, Putri Indonesia 2007 dan Anita Sukma Oktavia Saragih, wanita karir, untuk berbagi cerita dan konsultasi mengenai kesadaran pemberian ASI secara eksklusif.
Baca juga: Wahana Visi: Masih Banyak Institusi Kesehatan yang Tidak Pro ASI (vit/up)











































