Acara ini diikuti oleh 125 peserta dari 9 negara Asean (lndonesia, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Laos, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam) dan Jepang. Menkes menyebutkan bahwa sekitar 80% dari PTM dapat dicegah dengan diet dan gaya hidup yang sesuai.
"Kematian dini akibat PTM dapat dikurangi secara signifikan melalui kebijakan pemerintah mengurangi penggunaan tembakau, penggunaan berbahaya alkohol, diet yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik, dan memberikan perawatan kesehatan universal," kata Menkes pada acara The 2nd Regional Asean Forum On Non Communicable Diseases (NCD), di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (25/8/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa hal yang dibahas dalam pembukaan acara ini antara lain mengenai kesulitan memerangi PTM. Di Indonesia sendiri, sebuah survey terbaru menyebutkan bahwa penyebab kematian utama di Indonesia adalah penyakit stroke (21,1%), penyakit kardiovaskular (12,9%) dan penyakit komplikasi diabetes mellitus (6,7%).
Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara anggota ASEAN lainnya pun menghadapi kesulitan dalam memerangi PTM ini terkait dengan pesatnya peningkatan insiden penyakit dan belum memadainya persiapan sistem dan fasilitas kesehatan.
Di lndonesia sendiri, terdapat 7,6 juta orang yang hidup dengan diabetes, sementara ada 12,6 juta orang dengan gejala pra diabetes. Namun, tak lebih dari setengah di antara mereka yang memiliki kesadaran terhadap kondisi mereka yang mengidap diabetes. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya informasi tentang faktor risiko dan perilaku untuk mengurangi risiko diabetes.
Di negara maju, berbagai penyakit menular seperti malaria sudah mampu dikendalikan. Sedangkan negara-negara berkembang menghadapi beban ganda pada penyakit menular dan PTM yang sebagian besar disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang cepat.
Bila tidak dilakukan intervensi, maka kematian akibat PTM diperkirakan meningkat dapat meningkat hingga 15% di antara tahun 2010 dan 2020. Di mana peningkatan terbesar akan terjadi di Afrika, Mediterania Timur, dan wilayah Asia Tenggara. Untungnya, kematian paling dini dari penyakit jantung, stroke, dan diabetes dapat dicegah dengan modifikasi perilaku dan intervensi farmasi.
Selain itu, Menkes juga membahas mengenai beban ekonomi akibat PTM. Sebab, PTM mampu menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan memperlambat pencapaian tujuan pembangunan internasional. Apabila seseorang di usia produktif jatuh sakit dan meninggal, tentu saja ini akan memengaruhi tingkat produktivitas. Ditambah lagi dengan biaya pengobatan yang tinggi, sehingga dapat mengancam perekonomian individu dan negara.
Sejak 2011-2025, total kerugian ekonomi akibat PTM bawah di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah diperkirakan mencapai 7 milliar dolar Amerika. Sementara estimasi biaya yang dikeluarkan guna menekan angka PTM di dunia mencapai 11,2 juta dolar Amerika.
Oleh karena itu, Menkes berharap pertemuan ini dapat menjadi sarana berbagi pengalaman di antara negara-negara anggota ASEAN serta dapat membantu negara-negara lain untuk memberi pemahaman bahwa PTM banyak dipengaruhi oleh faktor di luar kesehatan, seperti kebijakan publik di bidang pertanian, pendidikan, produksi pangan, perdagangan, perpajakan dan pembangunan perkotaan.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan melarang segala bentuk iklan rokok, menggantikan lemak trans dengan lemak tak jenuh ganda, membatasi atau melarang iklan alkohol, mempromosikan menyusui, melaksanakan program kesadaran masyarakat tentang diet dan aktivitas fisik, dan mencegah kanker serviks melalui pemeriksaan dini di fasilitas kesehatan.
"Forum ini bertujuan memperkuat dan meningkat inisiatif negar-negara anggota Asean dalam memerangi PTM," jelas Menkes.
Majelis Umum PBB pada pertemuan Tingkat Tinggi PTM tahun 2011 menghasilkan deklarasi yang menetapkan prioritas tinggi pencegahan dan pengendalian PTM dalam agenda pembangunan. Selanjutnya, pada pertemuan tingkat tinggi kedua di tahun 2014, negara-negara berkomitmen untuk menetapkan target PTM nasional pada tahun 2015, dan tahun 2018, Majelis Umum PBB akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi ketiga untuk meninjau kemajuan nasional dalam mencapai target global tahun 2025. (mrs/ajg)











































