Septi (17) yang ditemui detikHealth di halte busway Dukuh Atas 1 contohnya mengaku kualitas udara di Jakarta semakin parah. Ia yang tiap hari pulang pergi sebagai pelajar dengan kendaraan umum merasakan dampak langsung dari polusi.
"Polusi udara di jalan raya makin hari makin buruk. Hal ini bikin kita nggak nyaman apalagi kalau lagi ada di dalam perjalanan. Efek polusi yang saya rasakan itu muka berdebu, mata merah, gangguan napas, rambut kusam, badan juga bau asap," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Septi masih banyak pengakuan serupa dari beberapa orang lainnya. Menanggapi hal ini kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta Gamal Sinurat mengatakan bahwa memang untuk beberapa orang yang berada di kawasan padat polusi akan terasa, namun secara keseluruhan tingkat polusi di Jakarta masih di ambang batas aman.
"Dari hasil pemantauan alat kita, masih di bawah baku mutu. Pada hari kerja saja dia tinggi tapi itu juga masih dibawah ambang baku mutu yang ditetapkan oleh peraturan gubernur," kata Gamal ketika dihubungi detikHealth, seperti ditulis Jumat (28/8/2015).
Sepanjang catatan BPLHD DKI Jakarta polutan seperti nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan hidrokarbon non-metana (NHMC) semua berada di bawah ambang baku mutu. NO2 tertinggi yang pernah tercatat adalah sekitar 2,5 mikron permeter kubik dengan ambang batas 9 mikron, CO tertinggi sekitar 8 mikron permeter kubik dengan ambang batas 9, dan NHMC tertinggi sekitar 0,2 permeter kubik dengan ambang batas 0,24.
"Memang kelihatan tinggi tapi ini dari seluruh hari-hari yang pernah terjadi," pungkas Gamal.
Baca juga: Bahaya! Polusi di Jabodetabek Sudah Mulai Menumpuk di Tubuh Warga (fds/up)











































