Tak heran bila kemudian para pakar juga sering menyebutnya 'economy class syndrome'. Namun baru-baru ini peneliti dari Jepang menemukan bahwa kondisi serupa rupanya juga bisa ditemukan di rumah.
Dari penelitian terbaru yang dilakukan peneliti dari Osaka University terungkap, mereka yang menonton televisi lebih dari lima jam dalam sehari ternyata juga berisiko mengalami DVT yang fatal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan risiko ini bakal mencapai enam kali lipat jika usia orang yang bersangkutan berada di bawah 60 tahun. Terbukti dari studi lanjutan yang mereka lakukan, ditemukan 59 kasus kematian akibat emboli paru. Emboli paru merupakan gangguan yang terjadi akibat DVT yang tidak tertangani lalu mengakibatkan penyumbatan arteri pada paru-paru yang terjadi secara tiba-tiba.
Baca juga: Nonton Gambar Teroris dan Perang di TV Bisa Bikin Gangguan Mental
"Kuncinya ada pada kurangnya pergerakan kaki karena lamanya menonton televisi," ungkap peneliti kesehatan masyarakat dari Department of Social Medicine, Toru Shirakawa seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (3/9/2015).
Pasalnya, lanjut peneliti, pembekuan darah dimulai atau terbentuk di pembuluh darah kaki lalu menghambat alirannya ke jantung. Kondisi serupa juga berlaku bagi mereka yang memiliki kebiasaan bermain video game atau menghabiskan waktu di depan komputer dalam waktu lama.
"Tapi setahu kami, risiko kematian akibat emboli paru dengan lamanya penggunaan ponsel memang belum pernah dilaporkan. Tapi bukan berarti ini bisa disepelekan karena dampaknya serius dan fatal," ingat Shirakawa.
Untuk mencegah terjadinya emboli paru, peneliti merekomendasikan perubahan perilaku seperti lebih sering berdiri dan berjalan-jalan, meskipun sedang menonton televisi. Ditambah dengan membiasakan minum air putih untuk mencegah dehidrasi akibat terlalu banyak duduk.
Baca juga: Tayangan TV Juga Berpengaruh pada Persepsi Ibu Tentang Kehamilan
Penelitian lain yang dilakukan University of Montreal mengungkap pada anak-anak, tiap satu jam tambahan menonton TV dalam sepekan di usia 2-4 tahun bisa memperlebar lingkar pinggang mereka di usia 10 tahun sebanyak 2,5 milimeter. Ini dibuktikan peneliti dengan ditemukannya perbedaan lingkar pinggang pada anak usia 10 tahun karena kebiasaannya menonton TV sejak kecil.
Anak yang menonton TV selama 18 jam/pekan memiliki lingkar pinggang rata-rata 7,6 mm lebih lebar dibandingkan yang hanya menonton TV 14,8 jam/pekan. Bahkan kemampuan melompat di usia 10 tahun juga ikut terkena dampaknya, sebab tiap tambahan waktu nonton TV selama 1 jam/pekan maka jarak lompatan anak akan berkurang sejauh 0,6 cm.
(lll/vit)











































