"Sejak dari kandungan anak sudah bisa diajari bicara. Untuk bisa berbicara, anak harus mendengar dulu. Proses bicara meliputi adanya input yang masuk ke otak anak lewat mata atau telinga. Lalu diproses di otak, kemudian output atau diekspresikan lewat bicara," tutur dr Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Ia menambahkan, mengajak anak bicara sejak dalam kandungan dapat menstimulasi kemampuan pendengarannya yang sangat berhubungan dengan kemampuan bicara. Untuk mengajak janin bicara, dr Meta menekankan yang pasti gunakan bahasa yang benar, bukan baby talk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang terdengar imut sih, tapi menurut dr Meta hindari baby talk agar anak tahu pengucapan kata yang benar seperti apa. Pemilik akun twitter @metahanindita ini mencontohkan, daripada mengatakan 'Halo, ih tamu tok lutu baneeet', lebih baik katakan 'Aduh, kamu lucu banget'.
"Selain itu biasakan jaga kecepatan bicara, jangan terlalu cepat. Gunakan kata-kata sederhana dengan bahasa ibu. Maksudnya sederhana, yang sehari-hari dipakai di rumah. Jangan lupa juga kontak mata," kata dr Meta saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Rabu (16/9/2015).
Dihubungi terpisah, terapis wicara di RS Harapan Kita dan Rumah Terapi, Rita Rahmawati A.md. TW, S.Pd, mengatakan mengajak anak bicara sejak dalam kandungan berarti sama dengan menstimulasi perkembangan sensor-motor janin. Menurut Rita, hal tersebut adalah modalitas utama untuk tahapan kemampuan perkembangan bahasa dan bicara yang nantinya akan digunakan anak untuk berkomunikasi.
"Saat mengajarkan bicara pada anak, nada, intonasi, kejelasan kata yang digunakan, mimik, ekspresi, dan kontak mata harus ada karena semuanya merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi," ucap Rita. (rdn/up)











































