Stunting Masih Bisa Dicegah Meski Anak Lahir Pendek dan Berbobot Rendah

Stunting Masih Bisa Dicegah Meski Anak Lahir Pendek dan Berbobot Rendah

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Kamis, 17 Sep 2015 16:31 WIB
Stunting Masih Bisa Dicegah Meski Anak Lahir Pendek dan Berbobot Rendah
Foto: thinkstock
Jakarta - Anak yang lahir dengan panjang kurang dari 48 cm dan bobot di bawah 2,5 kg berisiko tinggi mengalami stunting. Namun hal itu bisa dicegah dengan melakukan beberapa cara setelah anak lahir.

Diungkapkan Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan, Ir Doddy Izwardi, penelitian tahun 2013 menyebutkan bahwa anak usia 0-6 bulan yang lahir pendek (panjang kurang dari 48 cm) dan berat badan kurang dari 2,5 kg masih bisa dicegah agar tidak mengalami stunting. Caranya, dengan dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sesaat setelah anak lahir kemudian pemberian ASI ekslusif sampai usia 6 bulan.

"Dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai usia 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI yang baik, kemudian mendapat imunisasi lengkap, kemungkinan dia tidak mengalami stunting sampai 90% lho, makanya harus dijaga benar-benar," kata Doddy di Kantor Kemenkes, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Kamis (17/9/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat anak melakukan IMD sesaat setelah lahir, ada kolostrum yang baik untuk pertumbuhan anak. Begitupun pemberian ASI eksklusif yang menurut Doddy di lapangan kerap ditemukan ibu enggan menyusui bayi karena tak ada dukungan dan merasa lelah.

Baca juga: Cegah Penularan Penyakit ke Anak, Puskesmas Harus Ramah Anak

"Anak nangis yang menandakan dia lapar baru disusuin 10 menit tidur, terus bangun lagi memang itu melelahkan. Nah, setelah usia 6 bulan pastikan beri anak makanan lunak yang tepat sampai usia 2 tahun. Kalau ini dilakukan, anak nggak akan stunting," jelas Doddy.

Jika hal tersebut gagal dilakukan, setelah anak berusia 2 tahun, diusahakan agar mereka tidak gemuk sebab menurut beberapa penelitian, lanjut Doddy, anak pendek dan gemukdi umur 40-an lebih rentan terkena diabetes, kanker, dan penyakit jantung.

Jaminan gizi seimbang yang didapat anak selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dimulai sejak baik, juga dilakukan melalui pengentasan masalah anemia pada ibu hamil, termasuk kunjungan neonatal dan perinatal yang sesuai anjuran.

Dalam Sustainable Development Goals (SDG's), ada enam indikator yang akan digunakan dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak untuk mencapai gol ketiga yakni Ensure health and wellbeing. Enam indikator tersebut yaitu ASI eksklusif, stunting, anemia pada ibu hamil, kurang energi kronik, pemberian makanan pada ibu hamil dan anak, serta kurus.

"Untuk pencapaian ASI eksklusif kita sudah cukup baik ya karena di tahun 2012 Nutririon Target Global-nya di tahun 2025 yaitu 50% sama dengan target SDG's. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 sudah mencapai 42%. Nanti di 2030 optimistis bisa mencapai target," kata Doddy.

Baca juga: KKP Halim Perdanakusuma Diharap Efektif Hadang Penyakit Berbahaya (rdn/vit)

Berita Terkait