dr Sylvia Detri Elvira, SpKJ(K) dari Klinik Empati Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo, mengatakan kepribadian orang berpengaruh terhadap kondisi emosi. Pada orang yang tertutup, mereka akan sulit membicarakan masalahnya sehingga terpendam di alam bawah sadar.
Baca juga: Sering Mimpi Buruk Tandanya Gejala Gangguan Jiwa, Benarkah?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kalau orang yang tertutup, biasanya semua masalahnya kan disimpan saja. Akhirnya masalah dan perasan nggak enak ini menumpuk di alam bawah sadar," tandasnya lagi kepada detikHealth dan ditulis Jumat (18/9/2015).
Hal senada juga dikatakan oleh pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran Jakarta, dr Andreas Prasadja, RPSGT. Menurutnya, keadaan emosi seseorang sebelum tidur memegang peranan besar dalam risiko munculnya mimpi buruk.
"Biasanya terjadi karena situasi emosi pada saat sebelum tidur. Kalau sebelum tidur emosi kita terpengaruh karena dikejar-kejar deadline pekerjaan, maka bisa berpotensi bermimpi buruk waktu tidur," katanya ketika dihubungi terpisah.
Ketika manusia tertidur, sensor alam sadar tidak akan berjalan. Manusia tidak akan bisa menggerakkan tangan dengan bebas atau bergerak sesuai keinginan karena sensor sadar otak sedang beristirahat.
Pada fase ini, alam bawah sadarlah yang bekerja. Alam bawah sadar otak memastikan jantung tetap berdetak dan paru-paru tetap bernapas. Pada fase ini pula, masalah-masalah yang menghantui seseorang akan muncul karena sebelumnya disimpan rapat-rapat.
"Karena kalau kita tidur, sensor alam sadar itu tidak jalan. Jadi yang banyak bekerja itu ya alam bawah sadarnya," ungkap dr Sylvia.
"Makanya juga mimpi itu banyak berisi hal-hal yang dialami pada hari sebelumnya, atau kejadian yang bangkit dari masa lalu, atau juga bisa soal hal-hal yang diinginkan sama orang tersebut," pungkasnya.
Baca juga: Sering Mengalami Mimpi Buruk, Normal Nggak Ya? (mrs/vit)











































