Berdasarkan survei, peneliti dari University of Toronto mengungkapkan ada 72.000 orang meninggal akibat kondisi abdominal akut, terutama pada orang yang tinggal di permukiman di wilayah pinggiran, demikian dikutip dari Reuters pada Jumat (18/9/2015).
"Banyak faktor yang menyebabkan kondisi ini, termasuk kurangnya pengetahuan, tidak memiliki biaya pengobatan, dan hambatan geografis yang menyebabkan kematian. Hambatan ini biasanya ada pada wilayah kumuh dan pinggiran," kata Dr Prabhat Jha, profesor kesehatan global dari University of Toronto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengetahui pengaruh letak geografis terhadap tingkat kematian, Jha mengelompokkan penduduk berdasarkan kode pos. Kemudian, ia dan timnya memetakan fasilitas kesehatan yang ada di wilayah tersebut, termasuk dari segi layanan operasi dan anastesi, kasur tidur, jam buka fasilitas kesehatan, fasilitas laboratorium, bank darah, dan radiologi.
Menurut Nobhojit Roy dan Monty U Khajanchi dari BARC Hospital, Mumbai, pasien kerap terlambat memeriksakan kondisi kesehatannya, sehingga saat sampai di rumah sakit, kondisi mereka sudah parah. Hal ini menurut Roy dan Khajanchi karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan di India.
Mereka juga diyakini enggan segera memeriksakan gangguan kesehatan yang dialami karena ketakutan akan biaya pengobatan yang mahal, kemudian sulitnya mendapatkan akses menuju ke rumah sakit. Menurut Roy, masyarakat sebenarnya mengerti bahwa mereka yang sakit harus segera dibawa ke rumah sakit.
"Namun kadang akses ke rumah sakit inilah yang menyulitkan dan membuat mereka malas. Operasi darurat untuk mereka yang menderita keluhan penyakit abdominal sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien dan seharusnya dapat dilakukan di rumah sakit pusat ataupun daerah," tambah Roy.
Baca juga: Studi: Kemiskinan Membuat Orang Lebih Sering ke Rumah Sakit
(rdn/vit)











































