Mengapa polusi udara bisa mematikan? Karena paparan kronis polusi udara berkontribusi pada meningkatnya risiko penyakit jantung dan pernapasan.
Angka kematian akibat polusi udara yang begitu besar harus menjadi perhatian bersama. "Total angka kematian akibat HIV dan malaria mencapai 2,8 juta per tahun.... Itu setengah dari jumlah orang yang meninggal karena polusi secara global," kata Jos Lelieveld, profesor di Max Planck Institute for Chemistry, yang memimpin studi. Demikian dikutip dari CNN, dan ditulis pada Minggu (20/9/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya yang perlu dipertimbangkan bukan hanya polusi udara yang 'diproduksi' di luar rumah saja. Sebab masih banyak orang yang berpikir polusi udara akibat lalu lintas dan industri saja yang mematikan.Padahal emisi energi di level perumahan dan pertanian juga harus diperhatikan, utamanya terkait penggunaan bahan bakar untuk memasak dan pemanas.
Apalagi bahan bakar berkualitas rendah dilaporkan masih digunakan untuk memasak dan pemanasan. Hal ini ditengarai menyebabkan tingginya jumlah kematian lebih cepat akibat polusi udara di beberapa daerah Asia, termasuk China, India, Bangladesh, Indonesia dan Nepal.
Sementara itu emisi pertanian disebut sebagai penyebab utama kematian lebih cepat akibat polusi udara di wilayah timur Amerika Serikat, Eropa, Rusia, Turki, Korea dan Jepang. Menurut peneliti, amonia dari pupuk yang bercampur dengan sumber polusi udara lainnya bisa berdampak besar pada kualitas udara.
Baca juga: Lucu-lucu Getir! Meme Asap Pekat di Pekanbaru Bertebaran di Jagat Maya
Untuk wilayah Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia Tengah, sumber-sumber polusi udara dari alam seperti debu badai gurun juga disebut bisa berkontribusi terhadap kematian yang lebih cepat.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature menyebut jumlah kematian tertinggi per kapita berada di wilayah Pasifik barat, diikuti Mediterania timur dan Asia Tenggara.
Untuk mendapatkan data yan akurat, peneliti mengumpulkan data kimia atmosfer melalui tanah dan satelit. Dari data itu, peneliti menghitung konsentrasi materi partikel halus polusi udara dari waktu ke waktu berdasar sumber emisi yang berbeda-beda di seluruh dunia.
Lelieveld dan rekan-rekannya percaya bahwa polusi udara terdiri dari partikel dengan tingkat toksisitas yang berbeda.
Penelitian lain yang diterbitkan di Environmental Health Perspectives menemukan bahwa peningkatan jumlah partikel polusi udara yang sangat kecil terkait dengan peningkatan 3 persen kematian. Selain itu juga terkait dengan peningkatan 10 persen risiko kematian akibat penyakit jantung di Amerika Serikat.
"Partikel-partikel kecil kimia yang kita hirup bisa melewati sistem kekebalan tubuh dan menembus jauh ke dalam paru-paru dan aliran darah. Dan itu tidak dikeluarkan secara alami oleh saluran udara tubuh," kata ahli epidemiologi dari NYU Langone Medical Center, George Thurston, yang terlibat dalam penelitian. (vit/up)











































