Skizofrenia adalah sebuah gangguan otak kronis di mana pengidap kesulitan memroses pikirannya sehingga tak mampu berinteraksi sosial. Penyakit cenderung muncul pada usia muda dan sampai saat ini belum ditemukan penyebab pastinya.
Dikatakan oleh Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), Bagus Utomo, survei di kalangan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan menunjukkan bahwa akses terhadap perawatan masih sulit. Ditambah dengan diskriminasi yang masih terus ada, para pengidap skizofrenia sering tak terobati padahal bila ditangani mereka bisa kembali berintegrasi di masyarakat. Akibatnya banyak di antara pengidap yang berusia muda 15-20 tahun tak mendapatkan kehidupan yang layak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini gangguan otak yang sama seperti penyakit fisik lainnya sehingga tak perlu ditakuti. Tak perlu takut sama seperti anggota keluarga kena kanker kan kita harus peduli," kata Bagus dalam seminar media Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Puri Denpasar Hotel, Jakarta, Senin (28/9/2015).
"Jangan dipasung lagi, jangan ditelantarkan lagi. Ayo kita bersama-sama memanusiakan anggota keluarga kita juga," lanjutnya.
Baca juga: Permainan Seperti Ini Bisa Bantu Pasien Skizofrenia Hidup Normal
Siti Anisah |
Salah satu pengidap yang jadi bukti bahwa skizofrenia bukan halangan dan aib untuk dijauhi adalah Siti Anisah (43). Selama 23 tahun ia menjalani pengobatan dan sudah 10 tahun ini ia menjadi guru privat dan juga mengajar bahasa di salah satu lembaga kursus.
"Masalah penyakit jiwa jangan dianggap penyakit momok memalukan atau jadi penghinaan. Hilangkan stigma supaya pengidap serta keluarganya tak takut terbuka dan segera mendapat perawatan," pungkas Anisah. (fds/vit)












































Siti Anisah