Cerita Para Duta KB di Sragen, Soal Nikah Dini Hingga Kontrasepsi

Cerita Para Duta KB di Sragen, Soal Nikah Dini Hingga Kontrasepsi

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Minggu, 04 Okt 2015 08:06 WIB
Cerita Para Duta KB di Sragen, Soal Nikah Dini Hingga Kontrasepsi
Para duta KB, Rita dan Tonik (Foto: Rahma Lillahi Sativa)
Sragen - Meskipun angka kelahiran di Sragen menjadi yang paling rendah di tingkat nasional, bukan berarti tenaga medis di kabupaten tersebut hanya tinggal berdiam diri.

Dengan target menurunkan lagi angka TFR (Total Fertility Rate) yang sudah di bawah rerata provinsi dan nasional, Sragen tetap memilih kader-kader terbaiknya untuk menjadi Duta KB Sragen Sejahtera. Total ada 20 orang yang terpilih, 10 di antaranya merupakan PLKB (penyuluh lapangan Keluarga Berencana) dan 10 lainnya adalah bidan.

"Dari seleksinya seperti terselubung, diam-diam kita diawasi. Dan kami tidak menyangka akan terpilih menjadi duta," tandas Rita Kirana (47) kepada detikHealth usai acara perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia 2015 di Sragen, dan ditulis Minggu (4/10/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rita merupakan salah satu penyuluh lapangan Keluarga Berencana (PLKB) handal di Kabupaten Sragen yang terpilih menjadi Duta KB Sragen Sejahtera bersama ke-9 rekan seprofesinya. Rupanya jam terbang Rita memang tidak dapat diremehkan.

"Saya menjadi PLKB sejak tahun 1989. Semua jenis kontrasepsi sudah pernah saya kenalkan, dan saya sudah mengajak banyak sekali akseptor," tuturnya penuh percaya diri.

Ibu dua anak ini juga terbilang beruntung. Selama 26 tahun bertugas, ia tak pernah menemukan kendala yang berarti, mengingat wilayah kerjanya berada di perkotaan. "Sekarang kita tidak ngoyak-ngoyak untuk ber-KB, tapi kita tinggal memberi motivasi, tinggal konseling akseptor, sehingga akseptor dapat menentukan sendiri apa pilihannya (red, kontrasepsi)," lanjutnya.

Baca juga: Kiat Sragen Turunkan Kelahiran: Sosialisasi KB yang Masif

Meski begitu, Rita mengaku masih dihadapkan pada permasalahan, salah satunya yang cukup pelik adalah remaja yang menikah di usia dini.

"Masih ada KTD (red, kehamilan yang tidak diinginkan) pada remaja, tapi hanya beberapa saja. Masalahnya mereka ditinggal orang tua bekerja di luar negeri sehingga dia bergelimang harta, diujo (dimanja), trus jadi seenaknya sendiri, di samping mungkin ada pengaruh media sosial juga," paparnya.

Tantangan lain dikemukakan Tonik Kurniawati yang menjadi Duta KB Sragen Sejahtera dari profesi bidan. Dengan wilayah kerja di pedesaan, Tonik dituntut untuk lebih sabar dan telaten memberikan penyuluhan terkait kontrasepsi, khususnya dalam mencapai target penggunaan MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang).

"Untuk bapak-bapaknya, kalau sudah usia lanjut, beliau masih menginginkan ibunya untuk ber-KB tapi secara hormonal. Padahal kalau menurut orang kesehatan, KB paling bagus untuk usia sudah 35 ke atas itu biasanya kita arahkan ke kontap (kontrasepsi mantap), yaitu vasektomi untuk laki-laki dan tubektumi untuk wanita," katanya dalam kesempatan yang sama.

Uniknya, bidan Desa Bentak, Sidoharjo, Sragen itu masih menemukan pasangan paruh baya yang menganggap kontrasepsi jangka panjang sebagai sesuatu yang mengerikan. "Ada pasangan yang ketika disuruh kontap, ibunya ngira (prosedurnya) seperti pemotongan besar. Kemudian karena takut akhirnya gak jadi ikut, trus malah tensinya tinggi dan stres, padahal dari awal sudah kita kasih penyuluhan, bahkan 1-2 minggu sebelumnya," urainya lagi.

Namun di situlah tantangan yang harus ditundukkan Tonik sebagai Duta KB Sragen Sejahtera. Apalagi ternyata program KB sejalan dengan apa yang menjadi misi dan visinya sebagai seorang bidan. "'Dua anak cukup, dua lebih sejahtera, dua lebih baik' itu memang slogan seorang bidan. Dan dengan sedikit anak, kita akan lebih mempedulikan kualitas pendidikan, dan kesejahteraan lebih baik," imbuh Tonik.

Baca juga: BKKBN Jateng: Performa Sragen Sudah Bagus Tapi Bukan Berarti Tak Dijaga

Terlepas dari itu baik bagi Rita maupun Tonik, pemilihan duta ini bukanlah hal baru karena kegiatan yang akan mereka laksanakan ke depan sebenarnya juga sudah dilakukan sejak lama. "Ke depannya, ya kita ingin mengarahkan agar pasangan tidak hanya dapat memilih kontrasepsi yang mantap, tapi juga mengajak lingkungan terdekat mereka agar melakukan hal yang sama," tekadnya.

Terkait rendahnya angka TFR di Sragen, Tonik mengatakan peranan pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan setempat begitu luar biasa. "Mulai dari program KB gratis untuk warga yang tidak mampu, kemudian Dinkes selalu memberikan motivasi, memberikan seminar, penyuluhan, gemblengannya luar biasa," pungkasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, dr Surya Chandra Surapaty, MPH, PhD mengapresiasi dipilihnya Duta KB Sragen Sejahtera yang terealisasi berkat dukungan Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Penyuluh KB Indonesia serta PT Bayer Indonesia.

"Ini sesuai dengan slogan di mana 'Ada Bidan Ada KB, Ada KB Ada Bidan', mengingatnya panjangnya perjalanan bidan sebagai mitra utama BKKBN dalam pelayanan KB di lini lapangan," paparnya.

Keberadaan duta ini juga membantu memberi solusi menurunnya kecukupan PLKB akibat mutasi, promosi dan pensiun namun tidak dibarengi dengan penambahan formasi baru sebagai imbas dari adanya moratorium.

Sesuai dengan tema Hari Kontrasepsi Sedunia 2015 yaitu Know Your Options: It's Your Life, It's Your Future, Know Your Options, dr Surya berharap duta-duta ini benar-benar mampu memberikan pemahaman yang lebih luas tentang kontrasepsi, utamanya MKJP kepada masyarakat. (lll/up)

Berita Terkait