"Aku sangat terkejut. Aku tak menyangkan akan pernah memenangkan ini," tutur Omura, seperti dikutip dari Japan Times, Selasa (6/10/2015).
Baca juga: William Campbell, Anak Petani yang Jadi Peraih Nobel Kesehatan
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 1965, ia memulai karir sebagai peneliti di Kitasato Institue, sebuah lembaga pendidikan yang fokus pada pengembangan obat-obatan, makanan hingga peningkatan kesehatan. Pada tahun 1990 ia diangkat menjadi presiden lembaga tersebut dan saat menjabat sebagai direktur program riset pengembangan obat dari bahan alami.
Dalam karirnya sebagai peneliti, ia meraih banyak penghargaan terutama di bidang biokimia. Beberapa di antaranya adalah Hoechst-Roussel Award from American Society for Microbiology, Charles Thom Award (Society for Industrial Microbiology, USA), Robert Koch Gold Medal (Germany) dan Prince Mahidol Award (Thailand).
Terkait prestasinya mendapat nobel kesehatan 2015, Prof Omura secara rendah hati mengatakan bahwa yang berjasa bukanlah dirinya, melainkan para mikroorganisme yang diteliti. Tanpa bantuan mikroorganisme, ia tidak akan bisa menemukan obat untuk melawan parasit cacing.
"Aku ditolong oleh mereka (mikroorganisme). Dan aku bertanya apakah aku pantas mendapat penghargaan ini," ungkapnya lagi.
Baca juga: Teliti Cacing dan Malaria, 3 Ilmuwan Raih Nobel Kedokteran 2015
Campbell dan Omamura menemukan avermectin, obat baru yang akan membantu memerangi berbagai jenis infeksi cacing. Di antaranya adalah Onchocerciasis atau river blindness, dan juga lymphatic filariasis atau kaki gajah.
Sementara dari China, Youyou Tu meraih penghargaan Nobel atas jasanya menemukan artemisinin, obat yang secara signifikan mengurangi angka kematian akibat malaria. (mrs/up)











































