Ukuran Otak Disebut Bisa Deteksi Risiko Demensia dan Alzheimer

Ukuran Otak Disebut Bisa Deteksi Risiko Demensia dan Alzheimer

Jeems Suryadi Gani - detikHealth
Jumat, 16 Okt 2015 17:31 WIB
Ukuran Otak Disebut Bisa Deteksi Risiko Demensia dan Alzheimer
Foto: JFalcetti
Jakarta - Penyakit alzheimer atau gangguan kognitif bisa memengaruhi kemampuan seseorang dalam beraktivitas. Pun, hanya 45% orang dengan alzheimer yang mengetahui dirinya mengidap penyakit tersebut. Nah, baru-baru ini, sebuah studi mengungkapkan bahwa ukuran otak yang lebih besar bisa menjadi tanda berkurangnya risiko terkena gangguan kognitif, termasuk demensia.

Sebuah riset yang dipublikasikan di jurnal Alzheimer's Research Therapy, fokus kepada bagian otak yang berbentuk seperti kuda laut (hippocampus). Bagian ini terletak pada bagian kiri dan kanan otak dan berfungsi membantu pembentukan ingatan baru. Saat bagian ini terganggu akibat seseorang mengidap alzheimer, maka yang bersangkutan akan kesulitan mengingat hal yang baru saja terjadi.

Tim riset yang dipimpin oleh Aaron Bonner-Jackson dari Pusat Kesehatan Otak di Cleveland Clinic, Ohio, mengatakan bahwa ukuran dari hippocampus bisa digunakan untuk mengukur mereka yang memiliki peningkatan risiko Alzheimer. "Bagian kiri hippocampus terhubung dengan verbal retention (tempat penyimpanan lisan atau ungkapan), dan yang kanan adalah untuk spatial memory (ruang penyimpanan ingatan)," kata Bonner-Jackson.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Usai Cangkok Organ, 3 Pasien Tertular Parasit Otak dari Donornya

Untuk penelitian lanjutan soal hubungan antara volume otak dan ingatan, peneliti melakukan penilaian kepada 226 pasien untuk mengetahui peningkatan risiko yang bisa mengembangkan penyakit demensia. Sebanyak 34 pasien di antaranya mengidap alzheimer dan 82 memiliki gejala awal alzheimer, yaitu gangguan kognitif ringan.

Peneliti menganalisa kemampuan mengingat pasien saat para pasien mendemonstrasikan kemampuan dalam mengingat kata-kata yang dibacakan kepada mereka. Kemudian, pasien melakukan spasial tes, yang menunjukkan bagaimana mereka bisa mengingat bentuk atau pola tertentu. Setelah itu, peserta menjalani pemindaian otak menggunakan mesin magnetic resonance imaging (MRI).

Hasilnya, pasien yang daya ingatnya normal memiliki ukuran hippocampus yang lebih besar. Kemampuan mengingat mereka pun lebih baik, jika dibandingkan dengan mereka yang memiliki gangguan kognitif.

"Kami menunjukan bahwa kinerja pada spatial memory sangat diukur dari volume hippocampus, dibandingkan kinerja dari verbal memory. Penemuan ini menantang penelitian sebelumnya yang fokus hanya kepada verbal memory saja. Karena kini kami menemukan bahwa spatial memory adalah faktor penting dalam menilai mereka yang berisiko memiliki alzheimer," jelas Bonner-Jackson seperti dikutip dari Medical News Today pada Jumat (16/10/2015).

Selanjutnya, Bonner-Jackson dan tim berencana melakukan penelitian yang melibatkan struktur lain pada otak seperti thalamus dan amigdala. Dikatakan Bonnes-Jackson, meski ini merupakah studi terbesar yang mencari tahu hubungan hippocampi terhadap serangan demensia, penyelidikan lebih lanjut dibutuhkan untuk memastikan hubungan keduanya.

Baca juga: Mirip Sidik Jari, Pola di Otak Punya Keunikan pada Tiap Manusia (rdn/rdn)

Berita Terkait