Berawal dari Underestimate, Lahirlah Diskriminasi pada Tunanetra

Berawal dari Underestimate, Lahirlah Diskriminasi pada Tunanetra

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Sabtu, 17 Okt 2015 13:27 WIB
Berawal dari Underestimate, Lahirlah Diskriminasi pada Tunanetra
Foto: AN Uyung Pramudiardja
Jakarta - Diskriminasi terhadap penyandang tunanetra kerap bermula dari pandangan underestimate dari lingkungan. Sejak kecil, mereka selalu diperlakukan berbeda.

Pendapat ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Netra, H Bambang Basuki. Menurutnya, salah satu bentuk perlakuan beda terhadap tunanetra adalah dengan memasukkannya ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Akibatnya, mereka tidak terlatih untuk mandiri di lingkungan 'awas'.

Pembedaan seperti ini tidak hanya berdampak pada tunanetra, melainkan juga pada lingkungannya. Masyarakat kurang terbiasa menerima orang-orang dengan kondisi berbeda, lalu menganggap tunanetra sebagai kecacatan. Pandangan terhadap tunanetra cenderung underestimate atau menganggap kurang cakap.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Underestimate itu awal dari diskriminasi," tegas Bambang, ditemui di sela-sela outing class untuk tunanetra yang digelar Yayasan Mitra Netra bersama CT Arsa Foundation di Kebun Raya Bogor, Sabtu (17/10/2015).

Baca juga: 15 Menit Menjadi Tunanetra Bikin Ibu Ini Terisak Haru

Menurut Bambang, tunanetra yang tidak ada masalah secara intelektual, tidak perlu masuk SLB. Persoalannya, sekolah reguler memang tidak semuanya siap dengan fasilitas pendukung untuk mendampingi siswa-siswa dengan kebutuhan khusus seperti tunanetra.

"Pemerintah sudah menyediakan printer Braille. Tapi untuk mata pelajaran tertentu yang membutuhkan simbol khusus seperti matematika, kimia, dan fisika, itu bukunya masih sulit," kata Bambang.

Baca juga: Kemenkes Targetkan Indonesia Bebas Karies 2030
(up/lll)

Berita Terkait