Sebelumnya sang pria berusia 25 tahun ini mengaku tak pernah punya reaksi kejang ketika bermain sudoku. Masalah bermula ketika ia lolos dari kecelakaan longsor yang terjadi pada tahun 2008 saat tengah mendaki gunung.
Dijelaskan oleh ahli neurologi dr Berend Feddersen dari University of Munich bahwa saat itu sang pria alami pecah limpa, tulang pinggul yang remuk, dan juga hypoxia (tubuh serta otaknya kekurangan oksigen) akibat tertimbun salju. Beruntung ia berhasil diselamatkan namun kekurangan oksigen 15 menit membuat dirinya jadi punya sentakan myoclonic atau kedutan mendadak pada otot-ototnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ia jadi punya sentakan myoclonic di mulut yang terpicu saat berbicara dan pada kaki ketika berjalan. Kedua tangannya tak terpengaruh," tulis dr Feddersen seperti dikutip dari JAMA Neurology pada Selasa (20/10/2015).
Dokter memberi obat anti epilepsi untuk mengontrol sentakan mendadak otot namun seminggu kemudian ketika sang pria bermain sudoku hentakan itu kembali.
"Kejang klonik itu langsung berhenti seketika saat teka-teki sudoku dihentikan... Kejang ini tak muncul ketika sang pria menyelesaikan teka-teki matematika lainnya," kata dr Feddersen.
Pada akhirnya dokter menemukan penyebab kejang karena ketika bermain sudoku sang pria membayangkan bidang tiga dimensi di otaknya untuk menyelesaikan teka-teki. Sementara itu hypoxia menyebabkan beberapa sel di otaknya mati termasuk pada bagian yang harusnya aktif ketika seseorang membayangkan objek tiga dimensi.
Ketika sang pria berusaha membayangkan objek tiga dimensi maka otak bagian tersebut alami gangguan dan memberikan reaksi yang berlebihan. Kejang-kejang adalah gejala yang akhirnya muncul.
dr Feddersen mengatakan terakhir menemui sang pria pada tahun 2014. Saat itu ia masih mengalami sentakkan namun berkat bantuan obat dan rehabilitasi efeknya sudah sedikit berkurang.
Baca juga: Yuk, Tingkatkan Kerja Otak dengan Sudoku dan Teka-teki Silang (fds/up)











































