"Makrosomia terjadi manakala bayi baru lahir memiliki berat lebih dari 4.000 gram," ujar dr Yassin Yanuar MIB, SpOG, MSc, dari Rumah Sakit Pondok Indah saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Senin (26/10/2015).
Penyebab mikrosomia sendiri ada berbagai faktor. dr Yassin menyebut penelitian menunjukkan bahwa perempuan Hispanik memiliki risiko lebih tinggi mengalami makrosomia janin dibandingkan dengan wanita kulit putih, Afrika Amerika, atau Asia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktor genetik, seperti tinggi dan berat orang tua juga mungkin memainkan peran dalam menentukan berat lahir bayi yang baru lahir," sambung dr Yassin.
Penyebab lainnya adalah diabetes yang tidak terkontrol, obesitas pada ibu, juga kenaikan berat badan ibu yang berlebihan dan berhubungan dengan makrosomia. Selain itu penyebab lainnya adalah adanya hiperglikemia yang intermiten, ada riwayat makrosomia, multiparitas, dan penyebab yang tidak diketahui.
Dihubungi terpisah, dr M. Nurhadi Rahman, SpOG dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengatakan di Indonesia bayi yang saat lahir bobotnya lebih dari 4 kg dikatakan makrosomia. Sedangkan di beberapa negara lain, makrosomia biasanya adalah kondisi yang lahir dengan berat lebih dari 4,2 kg. Namun ketentuan ini biasanya tergantung pada rumah sakit.
"Usia kehamilan yang terlewat, di mana usia kehamilan yang ideal itu 40 minggu, jika lebih 1 minggu atau lebih dapat menyebabkan bayi lahir dengan keadaan makrosomia," kata pria yang akrab disapa dr Adi ini.
"Jika pada saat melahirkan anak pertama makrosomia, kemungkinan anak kedua akan lahir makrosomia sangat besar," imbuh dokter pemilik akun Twitter @adirahmanog ini.
Baca juga: Ibu yang Gemar Konsumsi Susu Saat Hamil Ini Lahirkan Bayi Montok 5,9 kg
(vit/vit)











































