Terkait hal ini, profesor dermatologi di University of Melbourne dan direktur Epworth Dermatology, Rod Sinclair menuturkan kondisi kulit yang kasar atau kemerahan disertai rasa perih karena terpapar angin sebenarnya diakibatkan sengatan matahari dan hal itu bisa dicegah dengan penggunaan tabir surya.
"Yang Anda dapatkan tetap saja sebenarnya adalah paparan sinar ultraviolet dari sengatan matahari dan orang-orang sering menyebutnya kulit kasar karena angin. Kebingungan ini sering terjadi, sebab kala itu kondisi matahari cukup terik tapi dibarengi dengan angis sehingg audara sedikit lebih sejuk," terang Sinclair, dikutip dari ABC Australia, Rabu (28/10/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kulit Kering dan Belang Bisa Jadi Tanda Penuaan
Lantas, apakah paparan angin juga bisa merusak kulit? menurut Sinclair, jika hanya faktor angin saja, maka tidak akan menimbulkan kerusakan pada kulit. Sinclair mengatakan selama ini bisa jadi banyak informasi di internet yang menyebut jika angin bisa menghancurkan lipid. Namun, hal itu dibantahnya.
"Angin tidak memecah lipid di lapisan luar kulit. Justru, paparan sinar matahari dan dehidrasi lah yang memengaruhi kondisi kulit Anda. Sebab, keseimbangan kadar air di kulit tergantung oleh asupan cairan dan lingkungan di sekitar. Oleh karena itu tak heran jika kulit terasa ketat dan kering saat udara kering," tutur Sinclair.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa paparan angin memang bisa membuat kulit kering tapi tidak dalam proporsi besar. Justru pengaruh besar kulit kering didapat karena rendahnya tingkat kelembaban udara. Sebaliknya, saat udara di sekitar lembab, maka uap air meresap ke dalam kulit sehingga kulit tidak kering.
Baca juga: Simpel, Tapi Rajin Pakai Tabir Surya Ampuh Cegah Kanker Kulit
(rdn/up)











































