Psikolog pengajar dari Swiss German University Elizabeth Santosa mengatakan bahwa sifat impulsif dan manajemen emosi yang buruk pelaku hate speech bisa jadi merupakaan bawaan. Genetik menurutnya memiliki peran bagaimana pembawaan sifat seseorang dimulai dari anak-anak.
Namun, di luar hal tersebut faktor yang lebih besar adalah bagaimana lingkungan sekitar membentuk kepribadian seseorang. Pola asuhan orang tua akan memengaruhi bagaimana sifat seorang anak, lalu kemudian lanjut memasuki fase dewasa teman sebaya dan pasangan juga akan turut berkontribusi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Fenomena Penyebar Hate Speech Dilihat dari Kacamata Psikologi
"Bisa istri atau orang-orang terdekat lain, ini memang memengaruhi pembentukkan karakter," lanjutnya.
Karena sifat penyebar hate speech bisa dibentuk, Elizabeth menganjurkan bahwa memang pendidikan mental dan pola pikir harus diterapkan sejak anak-anak. Hal ini bisa dipakai untuk melatih kedewasaan seseorang agar tak mudah terhasut terlebih di zaman yang bebas berekspresi seperti saat ini.
"Manusia itu harus punya mental yang baik dan pendidikan pola pikir yang juga baik. Itu lah manusia yang kita harapkan," pungkas Elizabeth.
Baca juga: Ini yang Terjadi Pada Tubuh Bila Hobi Marah-marah
(fds/up)











































