.webp)
dr Ratnawati, MCH, SpP(K), PhD dari RS Siloam Asri mengatakan ada dua jenis medikasi dalam penatalaksanaan asma. Pertama adalah pemberian obat anti-inflamasi untuk mengontrol penyakit dan kedua adalah bronkodilator untuk mengatasi serangan.
"Jadi ada dua yakni pengontrol, pemberian obat untuk mencegah serangan datang dan pelega untuk mengatasi serangan asma yang kambuh, atau eksasebasi," tutur dr Ratna, dalam temu media di Hotel Aryaduta Semanggi, Jl Garnisun Dalam, Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu (4/11/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari dengan dosis tertentu untuk menjaga agar tidak terjadi serangan. Obat pengontrol sering juga disebut sebagai pencegah, yang terdiri dari kortikosteroid inhalasi, kortikosteroid sistemik dan lainnya.
Sementara pelega adalah medikasi yang diberikan ketika asma menyerang. Medikasi ini bertujuan untuk mengendurkan otot di saluran napas yang mengetat ketika gejala kambuh. Termasuk obat pengontrol antara lain antikolinergik, aminofilin dan lainnya.
Karena termasuk pengobatan jangka panjang, pasien juga harus rutin memeriksakan diri ke dokter. Jika pengobatan dilakukan dengan baik, maka setelah 3 bulan dokter akan menurunkan dosis obat.
"3 Bulan berikutnya masih baik, nggak pernah kambuh, diturunkan lagi dosisnya. Begitu terus sampai satu tahun nggak pernah kambuh, pengobatan asma bisa dihentikan," tutur Prof dr Hadiarto Mangunnegoro, SpP(K), Direktur Ashtma-COPD Center, RS Siloam Asri di kesempatan yang sama.
Namun patut diingat, meski pengobatan sudah berhenti bukan berarti asma tidak bisa kambuh. Karena itu sangat penting bagi pengidap asma untuk mengenali penyebab kambuhnya asma.
"Kalau misalnya ternyata asma karena olahraga berat atau asmanya karena alergi, kena pencetusnya ya bisa kambuh lagi," imbuhnya.
Baca juga: Begini Cara Memakai Siwak yang Benar Agar Napas Segar
(mrs/vit)
