Menurut dr Andri SpKJ, FAPM, psikiater dan kepala Klinik Psikosomatik Omni Hospitals Alam Sutera, insomnia merupakan kasus yang akan banyak dihadapi oleh dokter di Indonesia baik dokter umum ataupun dokter spesialis. Sebab di berbagai negara, insomnia pun sering menjadi keluhan pasien.
Data di Amerika Serikat menyebut sekitar 30-50 persen orang dewasa mengalami insomnia selama satu tahun kehidupannya. Yang memprihatinkan, 10 persen di antaranya menjadi kronis atau parah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dipaparkan dr Andri, dalam banyak kasus penambahan umur menyebabkan seseorang memiliki pola tidur yang kurang baik. "Banyak pasien lanjut usia membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk bisa mulai terlelap, beberapa di antaranya mengalami masalah seringnya bangun di malam hari dan akhirnya sulit tidur kembali," jelas dr Andri dalam keterangan tertulisnya kepada detikHealth, Jumat (13/11/2015).
Gangguan jiwa juga banyak dikaitkan dengan insomnia. Tak cuma itu, orang dengan gangguan kecemasan, depresi, demensia dan skizofrenia juga sering mengeluh sulit tidur.
Selain itu, gangguan medis seperti nyeri kronis pada pasien reumatik, diabetes melitus, gangguan prostat, stroke, parkinson, sleep apnea dan restless leg syndrome disebut sebagai kondisi medis umum yang bisa memicu insomnia. "Ada juga kesulitan tidur yang disebabkan karena penggunaan obat seperti obat flu yang mengandung bronkodilator, obat asma seperti teofilin dan aminofilin, serta obat antidepresan," kata dr Andri.
Baca juga: Bermula dari Kecanduan Internet, Buntutnya Bisa Stres dan Insomnia
(vit/vit)











































