"Sampai saat ini kasus zika belum ditemukan pasiennya, tetapi pihak Eijkman telah mengidentifikasi secara molekular," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr HM Subuh, MPH saat dihubungi detikHealth, Senin (16/11/2015).
Menurut dr Subuh, infeksi virus zika hampir sama dengan demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk aedes. Gejalanya antara lain demam, gangguan mata, serta nyeri pada persendian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prof Amin Soebandrio dari Lembaga Eijkman menyebut level infeksinya adalah mild, tidak lebih ganas dari demam bedarah dengue (DBD). Meski begitu, dr Subuh tetap akan menindaklanjuti temuan ini.
"Semua penyakit berbahaya jika tidak ditangani secara baik. Akan dilakukan penyelidikan epidemologi terhadap hal ini," kata dr Subuh.
Secara serologi, infeksi virus zika sebenarnya sudah sejak lama teridentifikasi di Indonesia. Namun menurut Prof Amin, secara molekular dan virologi infeksi tersebut baru terkonfirmasi baru-baru ini karena keterbatasan teknologi.
Prof Amin menyebut, virus zika masih berkerabat dengan virus penyebab DBD dan chikungunya yakni flavivirus. Virus yang ditularkan melalui nyamuk ini pertama kali diisolasi dari monyet rhesus yang terinfeksi di Hutan Zika, Uganda pada tahun 1947.
"Insya Allah. Tetap waspada," kata dr Subuh, menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu cemas dengan temuan ini.
Baca juga: Virus dari Nyamuk Ditularkan Lewat Hubungan Seks (up/mrs)











































