Peluang seorang perempuan untuk bisa mendapat keturunan, selain ditentukan oleh kualitas sperma pasangannya juga dipengaruhi oleh cadangan sel telur dalam sistem reproduksinya. Seorang perempuan terlahir dengan sejumlah sel telur di dalam tubuhnya, yang jumlahnya akan terus berkurang seiring bertambahnya umur biologis.
Ada beberapa indikator yang digunakan oleh dokter kandungan dalam memperkirakan umur biologis sekaligus cadangan sel telur yang tersisa. Salah satunya adalah Anti Mullerian Hormone (AMH), yakni sejenis hormon yang diproduksi oleh sel-sel granulosa dalam folikel ovarium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perubahan pada serum AMH terjadi lebih awal dibandingkan pada FSH dan AFC, karenanya serum AMH merupakan prediktor yang lebih awal untuk umur biologis," tulis para peneliti dari FKUI dalam sebuah publikasi di Journal of Assisted Reproduction and Genetics tahun 2013.
Baca juga: Dokter Juga Manusia, Bisa Capek dan Lupa Rumus
![]() |
Pemeriksaan kadar AMH menjadi salah satu referensi bagi dokter ketika melakukan konsultasi dengan pasien gangguan infertilitas. Bahkan untuk memudahkan perhitungan, sebuah aplikasi mobile berbasis android dikembangkan berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut.
"Silakan download di google play store. It's free," kata dr Budi Wiweko, SpOG(K) alias dr Iko, peneliti FKUI yang mengembangkan aplikasi bernama 'Indonesian Calculator of Oocytes' (ICO) dan meraih penghargaan dosen berprestasi tingkat nasional baru-baru ini, seperti dikutip pada Senin (16/11/2015).
Saat seseorang ingin mendapatkan keturunan melalui Teknologi Reproduksi Berbantu seperti bayi tabung, umur biologis yang berhubungan dengan jumlah cadangan sel telur sangat menentukan peluang keberhasilan. Dan berbeda dari umur kronologis yang diukur berdasarkan perjalanan waktu sejak lahir, umur biologis berbeda-beda pada tiap individu sehingga lebih sulit diprediksi.
Baca juga: Kemenkes Punya Aplikasi Pengukur Stres di Android, Yuk Dicoba!
(up/vit)












































