"Penelitian memang belum pernah dilakukan. Tapi berdasarkan pengalaman empiris, hubungannya sangat nyata," kata dr Beeri Wopari, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Papua, dalam perbincangan dengan wartawan di Biak baru-baru ini, seperti ditulis pada Rabu (18/11/2015).
Menurut dr Beeri, perilaku BAB sembarangan masih banyak ditemukan di berbagai wilayah di Papua. Sebagian di antaranya BAB di kali dan kebun-kebun yang merupakan habitat nyamuk anopheles, yakni spesies nyamuk yang menularkan penyakit malaria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Provinsi Papua, annual parasite index (API) yang merupakan indikator endemisitas malaria saat ini tercatat masih berkisar di rentang 40-50 persen. Angka ini, menurut dr Beeri masih tinggi dibandingkan target eliminasi sebesar 1 persen atau kurang.
Menghindari perilaku BAB sembarangan, selain bisa mengurangi risiko gigitan nyamuk juga berkaitan dengan kesehatan secara umum. Berbagai penyakit waterborne termasuk diare banyak ditularkan oleh air yang terkontaminasi kuman-kuman dalam tinja.
Sekalipun tidak mencemari air, tinja yang mengandung berbagai jenis kuman mulai dari bakteri hingga cacing tetap bisa memicu penyakit. Tinja yang tidak tertutup bisa dihinggapi lalat, yang kemudian bisa hinggap lagi di makanan dan menularkan kuman-kuman tersebut.
Baca juga: Di Jayapura Lebih Ekstrem, Disuruh Pegang Tinja Jika Ketahuan BAB Sembarangan
(up/vit)











































