Jakarta -
Mendengar kata depresi yang terlintas seolah hanya kejadian menyedihkan. Padahal depresi tak melulu dipicu hal-hal semacam ini.
Josie Znidarsic dari Cleveland Clinic menjelaskan depresi bisa muncul dalam berbagai bentuk dan dipicu oleh beragam faktor.
"Bisa ringan dan orang yang mengalaminya masih bisa berfungsi seperti sediakala, bisa saja parah dan melemahkan," terangnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dan yang tak kalah penting, depresi bisa dialami oleh siapapun, tanpa terkecuali. Bedanya, pemicu depresi satu orang dengan lainnya tentu berbeda-beda.
Berikut beberapa faktor yang tak disangka dapat memicu depresi, seperti halnya dikutip dari Huffington Post, Kamis (19/11/2015).
Baca juga: Jangan Dibiasakan, Tidur dengan TV Menyala Bisa Bikin Depresi Lho!
1. Penyakit kronis
Foto: thinkstock
|
Bukan hanya membebani fisik, mereka yang terserang penyakit kronis seperti jantung, diabetes dan kanker lebih rentan mengalami depresi. Meski begitu, peneliti belum dapat memastikan apakah depresinya dipicu adanya penyakit ataukah sebaliknya.
2. Merokok
Foto: Sapta Agung Pratama
|
Saat hati sedang gundah, perokok biasanya mencoba melampiaskannya dengan merokok. Padahal sebuah studi yang dilakukan di Inggris (2015) mengungkap perokok lebih rentan mengalami ansietas atau kecemasan dan juga depresi. Bahkan kebiasaan ini dikatakan sebagai salah satu pemicu utama dari ansietas karena ada perasaan semacam sakau yang muncul bila perokok dipaksa tidak merokok.
3. Penggunaan media sosial
Foto: thinkstock
|
Meskipun postingan di media sosial tidak dapat mencerminkan kepribadian seseorang yang sebenarnya, tetap saja hal ini memicu adanya 'perbandingan sosial' di antara penggunanya. Inilah yang kemudian dapat mengakibatkan depresi. Demikian seperti dikutip dari Journal of Social and Clinical Psychology.
4. Tetangga
Foto: Rengga Sancaya
|
Scientific American mencatat,orang-orang yang tinggal di perkotaan atau daerah urban lebih rentan mengalami gangguan mental, khususnya depresi.
5. Duduk terlalu lama
Foto: Thinkstock
|
Rajin berolahraga terbukti dapat meningkatkan mood. Tak heran pada orang yang terlalu lama duduk, maka pada diri mereka akan mudah muncul gejala depresi. Kondisi yang sama juga terlihat pada mereka yang kurang tidur.
6. Otak meradang
Foto: thinkstock
|
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Psychiatry mengungkap, gejala depresi bisa jadi merupakan dampak dari peradangan otak. Sebab 30 persen pasien depresi sama-sama diketahui memperlihatkan ciri-ciri ini.
7. Mengesampingkan diri sendiri
Foto: PKS Kalimantan Tengah
|
Membantu sesama bukanlah hal yang buruk. Tetapi lebih memprioritaskan kepentingan orang lain justru akan berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang.
"Kalau tidak punya kemampuan untuk berkata tidak, itu akan membuat diri mereka jadi tertekan dan depresi," terang Znidarsic.
Bukan hanya membebani fisik, mereka yang terserang penyakit kronis seperti jantung, diabetes dan kanker lebih rentan mengalami depresi. Meski begitu, peneliti belum dapat memastikan apakah depresinya dipicu adanya penyakit ataukah sebaliknya.
Saat hati sedang gundah, perokok biasanya mencoba melampiaskannya dengan merokok. Padahal sebuah studi yang dilakukan di Inggris (2015) mengungkap perokok lebih rentan mengalami ansietas atau kecemasan dan juga depresi. Bahkan kebiasaan ini dikatakan sebagai salah satu pemicu utama dari ansietas karena ada perasaan semacam sakau yang muncul bila perokok dipaksa tidak merokok.
Meskipun postingan di media sosial tidak dapat mencerminkan kepribadian seseorang yang sebenarnya, tetap saja hal ini memicu adanya 'perbandingan sosial' di antara penggunanya. Inilah yang kemudian dapat mengakibatkan depresi. Demikian seperti dikutip dari Journal of Social and Clinical Psychology.
Scientific American mencatat,orang-orang yang tinggal di perkotaan atau daerah urban lebih rentan mengalami gangguan mental, khususnya depresi.
Rajin berolahraga terbukti dapat meningkatkan mood. Tak heran pada orang yang terlalu lama duduk, maka pada diri mereka akan mudah muncul gejala depresi. Kondisi yang sama juga terlihat pada mereka yang kurang tidur.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Psychiatry mengungkap, gejala depresi bisa jadi merupakan dampak dari peradangan otak. Sebab 30 persen pasien depresi sama-sama diketahui memperlihatkan ciri-ciri ini.
Membantu sesama bukanlah hal yang buruk. Tetapi lebih memprioritaskan kepentingan orang lain justru akan berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang.
"Kalau tidak punya kemampuan untuk berkata tidak, itu akan membuat diri mereka jadi tertekan dan depresi," terang Znidarsic.
(lll/vit)