Kasus Langka, Wanita-wanita Ini Kena Kanker di Plasenta

Kasus Langka, Wanita-wanita Ini Kena Kanker di Plasenta

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Jumat, 20 Nov 2015 12:38 WIB
Kasus Langka, Wanita-wanita Ini Kena Kanker di Plasenta
Foto: thinkstock
Jakarta - Sel-sel kanker tidak mengenal ampun. Organ manapun bisa diserangnya, tak terkecuali plasenta yang biasanya ikut hilang dari tubuh seorang ibu selepas melahirkan ibunya.

Kanker plasenta atau dalam istilah medisnya disebut sebagai choriocarcinoma sebenarnya terbilang amat jarang kasusnya. Namun kisah beberapa wanita yang mengidap kanker ini sempat terekam media. Bahkan beberapa dari mereka ada yang tidak selamat di tengah perjuangannya melawan kanker ganas ini.
 
Siapa saja mereka? Berikut paparannya seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, Jumat (20/11/2015).

Baca juga: Super Langka, Ibu Ini Terserang Kanker karena Kehamilannya

1. Helen Conway

Foto: Daily Mail
Tak disangka setelah melahirkan anak pertamanya pada tahun 2011 lalu, kebahagiaan Helen sirna karena didiagnosis dengan kanker langka. Kanker ini bahkan berkembang sejak bayinya masih dalam kandungan.

Namun wanita asal West Yorkshire, Inggris ini baru mengetahui penyakitnya 9 bulan selepas melahirkan. Ia terus saja mengalami pendarahan sehingga dikira hamil lagi dan keguguran. Di sisi lain, Helen juga mulai sering batuk darah.

Setelah menjalani serangkaian tes, ternyata Helen didiagnosis dengan choriocarcinoma dan kanker ini juga sudah menyebar ke hati dan paru-parunya. Tak heran bila saat paru-parunya di-scan, dokter menemukan noda hitam pada keduanya, yang ternyata dipicu oleh kanker.

Beruntung kanker Helen segera ditemukan dan hanya dengan empat bulan kemoterapi, ia sudah dinyatakan sembuh total.

2. Bally Taylor

Foto: SWNS.com
Kehamilan anak pertama Bally rupanya tidak berjalan lancar. Ia kerap merasakan nyeri parah di punggungnya. Namun kata dokter itu karena janin dalam kandungannya menekan saraf di punggung Bally.

"Rasa sakit itu seperti melumpuhkan, saya selalu menangis hingga keluar air mata karena rasa sakitnya benar-benar tidak tertahankan," ujar Taylor.

Karena hamil, Bally menolak mengonsumsi obat penghilang rasa sakit, namun rasa itu justru makin buruk. Bahkan Bally sampai tak bisa berjalan. Hingga akhirnya di usia kandungan 7 bulan, dokter segera melakukan operasi caesar darurat untuk menyelamatkan Bally maupun sang jabang bayi.

Selepas melahirkan Bally sempat koma tiga hari. Rupanya wanita yang berprofesi sebagai pramugari itu didiagnosis dengan choriocarcinoma. Kanker ini juga telah menyebar ke paru-paru dan juga tulang belakangnya, sehingga memicu nyeri punggung yang buruk tadi.

Sempat divonis tak bisa berjalan, wanita yang saat ini berumur 40 tahun itu bertekad untuk sembuh. Setelah operasi pengangkatan tumor, dua tahun lamanya Bally menjalani kemoterapi dan fisioterapi hingga akhirnya dinyatakan sembuh. Ia bahkan bisa berjalan kembali.

3. Jen Arnold

Foto: People Magazine
TV persona yang juga seorang ahli neonatal itu mengaku didiagnosis dengan choriocarcinoma stadium tiga setelah dinyatakan mengandung pada bulan September 2013. Rupanya kandungan Jen tidak jadi terbentuk tetapi malah membentuk kanker ganas tersebut.

Seperti halnya pasien choriocarcinoma lainnya, gejala yang dialami Jen diawali dengan pendarahan. Selepas itu ia segera diarahkan untuk operasi dan kemoterapi secara intens. Namun proses pengobatan yang harus dijalaninya sempat mengalami kendala mengingat Jen juga mengalami dwarfisme atau kekerdilan.
 
"Kami ingin menghindari operasi karena saluran pernapasannya pendek, dan dikhawatirkan ada komplikasi dengan hasil operasinya di masa lalu," terang dokter yang menanganinya, Dr Concepcion R Diaz-Arrastia.

Tapi mereka tidak punya lain. Pada awal Februari 2014, kanker Jen dinyatakan memasuki masa remisi. Itu artinya ibu tiga anak ini hanya menjalani kemoterapi selama 3-4 bulan saja.

4. Jenna Hinman

Foto: Facebook
Selepas melahirkan bayi kembarnya lewat operasi caesar darurat pada Maret 2014 lalu, Jenna harus menghadapi kenyataan pahit bahwa dirinya mengidap kanker langka, choriocarcinoma.

Kondisi Jenna diperparah dengan batuk darah. Diduga kankernya telah menyebar sampai ke paru-parunya dan mengakibatkan pneumonia. Setelah itu Jenna jatuh dalam keadaan koma, sembari menjalani kemoterapi dan juga terapi baru yang dikembangkan rumah sakit di mana Jenna dirawat, yaitu ECMO.

Meski awalnya sempat dinyatakan stabil, dalam kurun dua bulan kondisi wanita asal New York itu justru menurun. Hingga kemudian ia menghembuskan napas terakhir pada bulan Mei 2014 lalu.

"Organ-organ vitalnya menjadi tidak stabil dalam kurun 12 jam terakhir, dan ventilatornya tak berfungsi lagi. Ada dugaan terjadi infeksi dan/atau pendarahan internal," lapor akun Facebook pendukung Jenna.

5. Sarah Turpin

Foto: CBC News
Selain Jenna, ada lagi Sarah yang dipaksa menyerah saat melawan kanker ganas choriocarcinoma pada bulan Oktober 2014 lalu. Nahasnya, wanita yang meninggal di usia 32 tahun itu baru didiagnosis dengan kanker ini kurang dari sepekan sebelum meninggal.

Berawal dari keguguran yang dialami Sarah pada Januari 2014. Anehnya beberapa bulan sebelunya ia dinyatakan hamil tapi hasil ultrasound berkata lain. Dokter menduga itulah awal mula berkembangnya kanker ini.

Kemudian di bulan September, Sarah mengalami muntah darah dan dilarikan ke Carbonear General Hospital dan menjalani pemeriksaan secara menyeluruh. Ia bahkan sempat ditransfusi darahnya dan tampak sehat-sehat saja.

Namun dalam hitungan minggu, Sarah sudah dirawat di rumah sakit dan dinyatakan mengidap kanker langka. Ibu tiga anak ini sempat dipindahkan ke St Johns Hospital untuk kemoterapi, tapi baru dua hari, ia sudah menghembuskan napas terakhirnya.

Kematian Sarah kemudian memicu sejumlah pertanyaan tentang mengapa kondisinya tidak terdeteksi dengan cepat kendati sempat dilaporkan Sarah mendatangi seorang ahli kandungan selepas keguguran. Padahal Cancer Research UK mengatakan bahwa lebih dari 90 persen wanita yang didiagnosis dengan Choriocarcinoma bisa sembuh total.
Halaman 2 dari 6
Tak disangka setelah melahirkan anak pertamanya pada tahun 2011 lalu, kebahagiaan Helen sirna karena didiagnosis dengan kanker langka. Kanker ini bahkan berkembang sejak bayinya masih dalam kandungan.

Namun wanita asal West Yorkshire, Inggris ini baru mengetahui penyakitnya 9 bulan selepas melahirkan. Ia terus saja mengalami pendarahan sehingga dikira hamil lagi dan keguguran. Di sisi lain, Helen juga mulai sering batuk darah.

Setelah menjalani serangkaian tes, ternyata Helen didiagnosis dengan choriocarcinoma dan kanker ini juga sudah menyebar ke hati dan paru-parunya. Tak heran bila saat paru-parunya di-scan, dokter menemukan noda hitam pada keduanya, yang ternyata dipicu oleh kanker.

Beruntung kanker Helen segera ditemukan dan hanya dengan empat bulan kemoterapi, ia sudah dinyatakan sembuh total.

Kehamilan anak pertama Bally rupanya tidak berjalan lancar. Ia kerap merasakan nyeri parah di punggungnya. Namun kata dokter itu karena janin dalam kandungannya menekan saraf di punggung Bally.

"Rasa sakit itu seperti melumpuhkan, saya selalu menangis hingga keluar air mata karena rasa sakitnya benar-benar tidak tertahankan," ujar Taylor.

Karena hamil, Bally menolak mengonsumsi obat penghilang rasa sakit, namun rasa itu justru makin buruk. Bahkan Bally sampai tak bisa berjalan. Hingga akhirnya di usia kandungan 7 bulan, dokter segera melakukan operasi caesar darurat untuk menyelamatkan Bally maupun sang jabang bayi.

Selepas melahirkan Bally sempat koma tiga hari. Rupanya wanita yang berprofesi sebagai pramugari itu didiagnosis dengan choriocarcinoma. Kanker ini juga telah menyebar ke paru-paru dan juga tulang belakangnya, sehingga memicu nyeri punggung yang buruk tadi.

Sempat divonis tak bisa berjalan, wanita yang saat ini berumur 40 tahun itu bertekad untuk sembuh. Setelah operasi pengangkatan tumor, dua tahun lamanya Bally menjalani kemoterapi dan fisioterapi hingga akhirnya dinyatakan sembuh. Ia bahkan bisa berjalan kembali.

TV persona yang juga seorang ahli neonatal itu mengaku didiagnosis dengan choriocarcinoma stadium tiga setelah dinyatakan mengandung pada bulan September 2013. Rupanya kandungan Jen tidak jadi terbentuk tetapi malah membentuk kanker ganas tersebut.

Seperti halnya pasien choriocarcinoma lainnya, gejala yang dialami Jen diawali dengan pendarahan. Selepas itu ia segera diarahkan untuk operasi dan kemoterapi secara intens. Namun proses pengobatan yang harus dijalaninya sempat mengalami kendala mengingat Jen juga mengalami dwarfisme atau kekerdilan.
 
"Kami ingin menghindari operasi karena saluran pernapasannya pendek, dan dikhawatirkan ada komplikasi dengan hasil operasinya di masa lalu," terang dokter yang menanganinya, Dr Concepcion R Diaz-Arrastia.

Tapi mereka tidak punya lain. Pada awal Februari 2014, kanker Jen dinyatakan memasuki masa remisi. Itu artinya ibu tiga anak ini hanya menjalani kemoterapi selama 3-4 bulan saja.

Selepas melahirkan bayi kembarnya lewat operasi caesar darurat pada Maret 2014 lalu, Jenna harus menghadapi kenyataan pahit bahwa dirinya mengidap kanker langka, choriocarcinoma.

Kondisi Jenna diperparah dengan batuk darah. Diduga kankernya telah menyebar sampai ke paru-parunya dan mengakibatkan pneumonia. Setelah itu Jenna jatuh dalam keadaan koma, sembari menjalani kemoterapi dan juga terapi baru yang dikembangkan rumah sakit di mana Jenna dirawat, yaitu ECMO.

Meski awalnya sempat dinyatakan stabil, dalam kurun dua bulan kondisi wanita asal New York itu justru menurun. Hingga kemudian ia menghembuskan napas terakhir pada bulan Mei 2014 lalu.

"Organ-organ vitalnya menjadi tidak stabil dalam kurun 12 jam terakhir, dan ventilatornya tak berfungsi lagi. Ada dugaan terjadi infeksi dan/atau pendarahan internal," lapor akun Facebook pendukung Jenna.

Selain Jenna, ada lagi Sarah yang dipaksa menyerah saat melawan kanker ganas choriocarcinoma pada bulan Oktober 2014 lalu. Nahasnya, wanita yang meninggal di usia 32 tahun itu baru didiagnosis dengan kanker ini kurang dari sepekan sebelum meninggal.

Berawal dari keguguran yang dialami Sarah pada Januari 2014. Anehnya beberapa bulan sebelunya ia dinyatakan hamil tapi hasil ultrasound berkata lain. Dokter menduga itulah awal mula berkembangnya kanker ini.

Kemudian di bulan September, Sarah mengalami muntah darah dan dilarikan ke Carbonear General Hospital dan menjalani pemeriksaan secara menyeluruh. Ia bahkan sempat ditransfusi darahnya dan tampak sehat-sehat saja.

Namun dalam hitungan minggu, Sarah sudah dirawat di rumah sakit dan dinyatakan mengidap kanker langka. Ibu tiga anak ini sempat dipindahkan ke St Johns Hospital untuk kemoterapi, tapi baru dua hari, ia sudah menghembuskan napas terakhirnya.

Kematian Sarah kemudian memicu sejumlah pertanyaan tentang mengapa kondisinya tidak terdeteksi dengan cepat kendati sempat dilaporkan Sarah mendatangi seorang ahli kandungan selepas keguguran. Padahal Cancer Research UK mengatakan bahwa lebih dari 90 persen wanita yang didiagnosis dengan Choriocarcinoma bisa sembuh total.

(lll/vit)

Berita Terkait