Namun demikian kenyataannya tak semudah itu. Pada beberapa kasus, pasien telat mendapat cangkok karena kesulitan untuk mencari donor yang tepat.
Menurut ahli bedah anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Tri Hening, SpB, SpBA, untuk cangkok hati misalnya proses pencarian donor dan persiapannya bisa memakan waktu bulanan atau bisa juga bertahun-tahun. Skrining dilakukan bertahap pada pasiennya dan juga pada donor untuk meminimalisasi risiko reaksi penolakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Risiko reaksi penolakan adalah reaksi dari sistem imunitas tubuh pasien yang malah menganggap hati barunya sebagai objek asing yang harus dibasmi. Sel darah putih akan berusaha menyerang sel hati dan bila tak ditangani bisa membuat kegagalan organ.
"Kalau ada indikasi penolakan, lita ambil sedikit hatinya pakai jarum lalu kita lihat di mikroskop. Kalau memang ada reaksi kita kasih obat anti penolakan lebih tinggi lagi sampai 10 kali lipat terus kita turunkan pelan-pelan," kata dr Tri kepada detikHealth ketika ditemui di RSCM, Senen, Jakarta Pusat, seperti ditulis Sabtu (5/12/2015).
Bahkan bila cocok pun risiko penolakan bisa tetap ada. Oleh karena itu meski pasien tampak menerima organ dengan baik dan bisa pulang, ia secara berkala harus rutin konrol seumur hidupnya.
"Risiko penolakaan ini bukan saat itu aja, makanya kita berikan terapi anti penolakan itu rutin. Walaupun satu golongan darah, satu keluarga tetep ada penolakan karena (hati -red) dari dua individu yang berbeda," pungkas dr Tri.
Baca juga: Ubah Pola Pikir! Operasi Cangkok Hati Tak Mahal (fds/up)











































