Tak tahunya, hanya dalam enam bulan, ia merasakan hal aneh pada dirinya. Ditambah lagi anak laki-laki Anne jadi sering sakit-sakitan semenjak ia memakai implan tersebut. "Waktu itu umurnya baru 19 bulan, ia sampai mengalami infeksi ginjal yang buruk dan hampir meninggal karena saya susui," tuturnya seperti dikutip dari Metro, Senin (7/12/2015).
Di tahun 2001, kondisi Anne makin memburuk. Berat badannya naik sebesar 27 kg dalam kurun dua tahun. Ia juga merasakan komplikasi pada penglihatannya dan kehilangan memori jangka pendek. Belum lagi munculnya sensasi seperti terbakar dan nyeri di payudara kanannya. Bahkan salah satunya seperti mengecil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Payudara Besar karena Operasi Plastik, Masihkah Sensitif?
Anne lantas memutuskan ke dokter. Total ibu dua anak ini mengunjungi sedikitnya 23 dokter dalam kurun dua tahun tersebut. Meski begitu tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri ibu ini.
Hingga akhirnya pada bulan September 2013, Anne melihat salah satu payudaranya melorot. Ia meminta dijadwalkan menjalani prosedur mammogram, dan di situ dipastikan payudara kanan Anne pecah. Namun secara mengejutkan ia dikabari bahwa implan tersebut sudah pecah sejak dua tahun lalu.
Merasa kesal karena tak dikabari selama bertahun-tahun, Anne memutuskan mencari informasi sendiri dan bertemu dengan Dr Susan Kolb yang kebetulan memiliki pasien dengan persoalan yang sama dengannya.
Setelah mengirim hasil mammogramnya, Dr Kolb memastikan kedua kondisi payudara Anne, yang satu pecah dan yang satu berjamur. Ternyata pecahnya implan payudara tersebut memicu semacam alergi pada silikon. Dan ternyata meski ia telah berganti menggunakan saline implan, rupanya bagian terluar dari implan tersebut masih terbuat dari silikon. Inilah yang kemudian mendorong terjadinya infeksi.
![]() |
Ibu yang tinggal di Shalimar, Florida itu pun segera naik meja operasi untuk mengangkat keduanya. Untuk menghilangkan bakteri di implan Anne, ia juga diberi antibiotik.
Dengan membagi kisahnya, wanita berumur 44 tahun itu ingin meningkatkan kesadaran akan potensi bahaya dari penggunaan implan payudara. Ia bahkan mendirikan The Implant Truth Survivors Committee untuk membantu para wanita yang terjebak dalam persoalan serupa.
"Saya tak pernah tahu implan-implan itu terbuat dari apa. Kalau saja saya tahu, saya takkan pernah memasukkannya ke dalam tubuh saya," sesal Anne.
Baca juga: Hendak Besarkan Payudara? Ingat Ya, Jangan Gunakan Silikon Cair
Kepada detikHealth, dr Utami Roesli, SpA, MBA, ICLC, FABM pernah mengingatkan bahwa kualitas ASI sebenarnya tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya implan payudara. Apalagi letak implan juga berjauhan dengan jaringan air susu. "Yang bahaya itu jika implan payudara yang biasanya berasal dari silikon itu pecah, karena bisa meracuni," kata dr Tami.
Lagipula, penggunaan implan payudara tak selamanya menyenangkan bagi wanita. dr Ahmad Fawzy, SpBP dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto mengatakan prosedur pembesaran payudara ilegal dapat memicu perubahan sifat sel, yang kemudian bisa mengakibatkan kanker.
dr Andri Primadhi, SpOT dari RS Hasan Sadikin Bandung menambahkan, pemasangan implan atau prosedur pembesaran payudara juga membuat wanita cenderung membungkuk sehingga berpengaruh terhadap otot-otot punggungnya, bahkan memicu nyeri pada tulang belakang.
(lll/up)












































