Dijelaskan drg Dwi Anie Lestari, SpOrt, pengurus Ikatan Ortodontis Indonesia (IKORTI) Komda Jaya, spesialis ortodontis yakni dokter gigi yang mengambil pendidikan selama tiga sampai empat tahun di bidang spesialis ortodontis dan memiliki gelar SpOrt. Mengapa perlu berkonsultasi dengan spesialis ortodontis?
"Perawatan yang dilakukan harus sampai selesai. Nggak bulanan, paling cepat dua tahun. Dan targetnya adalah malokusi bisa menjadi okusi yang baik dan normal," tutur drg Dwi di sela-sela Peluncuran Formula Orthodontic Series di Balai Kartini, Jakarta, Senin (14/12/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Saat Tepat Merapikan Gigi Anak dengan Kawat Gigi
"Kita juga melakukan pemeriksaan radiografis atau memfoto semua gigi. Selanjutnya, kita buat pencetakan model studi menggunakan semacam agar-agar tapi keras begitu lalu dicor. Mengapa tahapan ini perlu dilakukan? Untuk menegakkan diagnosa sehingga kita tahu gigi ini memang malokusi atau sudah bagus," kata drg Dwi.
Lalu, jika terjadi malokusi dilihat lagi apakah tipenya dental (hanya gigi yang berantakan) atau skeletal (sudah mengenai tulang gigi). Pemakaian behel pun tak bisa dilakukan hari itu juga. Apalagi jika ada masalah pada gigi maka perlu dilakukan perawatan terlebih dulu.
Setelah menegakkan diagnosa maka bisa dibuat rencana perawatan. Setelah itu, akan diberi inform consent bahwa dokter akan melakukan beberapa perawatan dan pasien bersedia konsekuen melakukan hal itu.
"Dengan diagnosa benar maka bisa dilakukan perawatan yang benar. Hasilnya pun baik dan pasien merasa puas. Kalau diagnosa salah dan perawatan salah, pasien rugi waktu, uang. Perlu diingat pasien juga harus bertanggungjawab atas kebersihan giginya. Dokter pun akan memberi tahu gimana cara gosok gigi yang benar, pakai sikat seperti apa dan bagaimana menanggulangi rasa sakit atau risiko saat perawatan," terang drg Dwi.
Baca juga: Anak Ompong Berkepanjangan Setelah Gigi Susu Copot, Apa Sebabnya?
(rdn/up)











































