"Tapi gosok giginya harus lebih rajin supaya nggak tambah besar noda cokelat-cokelatnya itu. Kalau misal orang tua tetap teledor, noda cokelat makin besar dan gigi bisa patah atau gripis," kata drg Dwi Anie Lestari, SpOrt, pengurus Ikatan Ortodontis Indonesia (IKORTI) Komda Jaya.
Nanti, ketika anak berusia enam atau tujuh tahun, gigi susunya akan copot kemudian tumbuh gigi tetap. Nah, saat itulah penting adanya edukasi bagi orang tua untuk melakukan upaya preventif supaya tidak timbul lagi noda cokelat pada gigi tetap anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut drg Dwi, biasanya dokter akan memberi tahu orang tua bahwa gigi baru yaitu gigi tetap anak harus dirawat karena tidak akan tumbuh lagi. Jika tidak dirawat lalu gigis, maka gigi harus dicabut, demikian diungkapkan drg Dwi usai Peluncuran Formula Orthodontic Series di Balai Kartini, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
"Kita kasih tahu kalau terpaksa dicabut, gigi tetap nggak akan tumbuh lagi. Mau memang orang tuanya, si anak ini jadi ompong?" lanjutnya.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk bisa mengajarkan anak menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Tujuannya, supaya tidak lagi timbul noda kecokelatan atau bolong yang bisa berujung pada gigi gigis. Untuk melakukan hal ini pastinya perlu diperhatikan juga kebiasaan-kebiasaan di rumah.
Seperti jika pola makan di rumah, anak dibiarkan mengonsumsi makanan manis, tidak rajin gosok gigi, dan jarang makan buah, bisa saja gigi anak jadi gigis hingga harus dicabut dan ompong. drg Dwi menekankan bahwa pola asuh orang tua penting untuk mencegah terjadinya masalah gigi dan mulut pada anak.
"Tapi ada juga sih yang memang dasarnya gigi si anak ini nggak kuat. Ini bisa terjadi karena ada pengaruh saat masa kehamilan terhadap cikal bakal kekuatan gigi anak," kata drg Dwi.
Baca juga: Ramainya Saat Anak SD Cek Kesehatan Gigi, Telinga dan Mulut (rdn/up)











































