Plt Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) drg Tritarayati, SH, mengatakan kajian tersebut dilakukan selama 30 hari untuk mengetahui keamanan dari alat. Langkah ini perlu dilakukan untuk menjamin agar tak ada pihak-pihak yang dirugikan.
Pada Rabu (3/2/2016), Tritarayati yang akrab disapa Tari ini akhirnya mengumumkan hasil kajian yang pada intinya riset perlu dilanjutkan dan difasilitasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) beserta Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti). Hal ini karena dari riset sebelumnya keamanan dan efektivitas alat tersebut tak bisa disimpulkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sisi Lain Kontroversi Riset Rompi Antikanker
Rencananya akan dilibatkan 8 rumah sakit pendidikan yang bekerja sama untuk mengembangkan alat. Selain itu Tari mengatakan dibentuk juga konsorsium yang terdiri dari ahli untuk mengawasi jalannya protokol dan mendorong agar riset cepat selesai.
Hadir pada kesempatan yang sama, Warsito mengatakan dirinya gembira karena akhirnya ada kejelasan dari masalah yang menghantuinya sekitar empat tahun.
"Kami gembira riset ini dilanjutkan oleh Kemenkes dan Kemenristekdikti. Ini teknologi yang pertama di dunia dan lahir di Indonesia. Teknologi ini awalnya dikembangkan di ruko sewaan dan kami sadar segala sesuatunya di sana untuk memenuhi standar baku sulit dicapai," kata Warsito.
"Harapan saya semoga hal ini bisa memfasilitasi anak-anak bangsa lainnya," imbuhnya.
Baca juga: Mulai 27 Januari, Lab Dr Warsito Tak Layani Lagi Pasien Rompi Antikanker
(fds/vit)











































