Menanggapi hal ini, peneliti dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) USA, Ronald Rosenberg, ScD, membantahnya. Menurut Rosenberg, hal ini belum terbukti. Oleh sebab itu, belum bisa dikatakan juga bahwa penggunaan insektisida menyebabkan mikrosefali.
"Belum ada bukti yang kuat untuk menunjukkan bahwa ada kaitannya antara penggunaan insektisida dengan risiko mikrosefali," tegas Rosenverg, dalam seminar 'Global Threat of Zika Virus' di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta Pusat, seperti ditulis pada Kamis (25/2/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan Rosenberg juga senada dengan tanggapan World Health Organization (WHO). WHO membantah rumor bahwa Pyriproxyfen insektisida menyebabkan mikrosefali.
Dikutip dari China Daily, WHO sampai saat ini juga belum menemukan bukti jika pyriproxyfen memengaruhi kehamilan atau perkembangan janin. Begitu juga dengan kesimpulan yang didapat oleh US Environmental Protection Agency.
Pyriproxyfen adalah satu dari 12 larvasida yang direkomendasi WHO untuk mengurangi pengembangbiakan nyamuk. Insektisida ini sendiri faktanya telah digunakan sejak tahun 1990-an. Selama waktu tersebut, tidak ada peningkatan yang signifikan terhadap angka kasus mikrosefali. Oleh sebab itu, hubungan keduanya pun masih belum bisa dibuktikan.
Baca juga: Sampel Virus Zika Indonesia Diminati Peneliti Negara Lain
(ajg/up)











































