Diperkirakan, 64 persen orang dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi kopi. Walau menjadi minoritas, sepertiga dari populasi yang tidak suka minum kopi tidak perlu merasa terintimidasi. Bermanfaat jika diminum, bukan berarti membahayakan jika dihindari.
"Tidak ada satupun panduan yang memandu Anda ke sini," kata Dr Donald Hensrud, direktur Mayo Clinic Healthy Living Program. "Ini adalah semacam pilihan individual," lanjutnya, seperti dikutip dari NYtimes, Rabu (2/3/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita butuh level pembuktian yang berbeda untuk merekomendasikannya ke orang-orang," kata Dr van Dam yang merupakan pakar nutrisi dan epidemologi.
Baca juga: Perut Mulas dan Terasa Ingin BAB Usai Minum Kopi? Ini Penyebabnya
Dr van Dam juga meragukan salah satu klaim tentang manfaat kopi, yakni sebagai pembangkit stamina. Menurutnya, manfaat tersebut sebenarnya hanya efek dari 'withdrawal symptom' yang teratasi saat minum kopi. Jika seseorang tidak menciptakan ketergantungan pada kopi, maka efek tersebut tidak dibutuhkan.
Selain itu, bukti-bukti ilmiah yang pernah ada tidak hanya mengungkap sisi positif kopi. Bagaimanapun, kopi terutama jika dikonsumsi berlebihan juga punya sisi negatifnya. Sebut saja risiko insomnia, nyeri dada, serta peningkatan denyut jantung.
Saran bagi yang tidak suka kopi, sebaiknya tidak perlu memaksakan diri atau merasa diharuskan untuk mengonsumsinya hanya karena berbagai klaim tentang manfaat sehatnya. Sepertiga warga Amerika Serikat bukan peminum kopi, dan hidupnya baik-baik saja.
"Saya cuma melihat ini tidak ada perlunya," kata Dr Hensrud yang mengaku tidak minum kopi hingga umur 30 tahun. "Jika tidak suka, ya ampun, ini tidak akan ada manfaatnya," katanya.
Baca juga: Kopi Cegah Kerusakan Hati pada Pecandu Alkohol (up/up)











































