Pemimpin studi Lucy Troup dari departemen psikologi bersama timnya telah meneliti topik tersebut selama dua tahun dan melakukan eksperimen menggunakan alat electroencephalogram (EEG) kepada 70 peserta. Alat merekam aktivitas otak dari para peserta ketika diperlihatkan dan diminta mengidentifikasi foto-foto ekspresi wajah.
Pesertanya sendiri terbagi menjadi tiga kelompok yaitu pengguna ganja kronis, sedang, dan kelompok yang tidak pernah memakai ganja sama sekali sebagai kontrol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya yang telah dipublikasi di jurnal PLOS ONE menunjukkan bahwa otak peserta yang menggunakan ganja memberikan reaksi lebih terhadap foto emosi negatif terutama ekspresi marah. Secara kontras respon terhadap foto emosi positif pada peserta pengguna terlihat lebih lemah dibandingkan peserta yang tak memakai ganja.
Ketika partisipan diminta untuk menjelaskan lebih jauh emosi apa yang mereka saksikan, kelompok pengguna ganja memiliki skor yang lebih rendah dari kelompok yang tak memakai.
Peneliti mengatakan ini berarti pengguna ganja rata-rata lebih sulit untuk berempati terhadap emosi.
"Kami di sini tidak mengambil posisi mendukung atau menolak ganja, tapi kami hanya ingin mengetahui efek apa yang sebenarnya dilakukan ganja? Intinya mencari penjelasan," kata Troup seperti dikutip dari Dailymail pada Rabu (2/3/2016).
Baca juga: Akibat Isap Ganja Saat Remaja: Otak Lemah di Hari Tua (fds/up)











































