Vichia (Wanita, 19 tahun)
pb33355XXXXXX@gmail.com
Tinggi 158 cm, berat 45 kg
Jawaban
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Bila berlokasi di paru-paru, maka kemungkinan penyakitnya: pneumonia, trakeobronkitis, pleuritis, emboli paru-paru, pneumotoraks.
2. Bila terkait kardiovaskuler, maka kemungkinan penyakitnya: miokarditis, perikarditis, vaskulitis, diseksi aorta, iskemi jantung.
3. Bila berlokasi di dinding dada, atau terkait dengan kasus ortopedi (terkait tulang), maka kemungkinan penyakitnya: kram, mialgia, fraktur (patah tulang), artritis, artrosis, kostokondritis, bursitis, nyeri neuropatik, penyakit disc torakal atau servikal.
4. Bila berlokasi di perut, maka kemungkinan penyakitnya: tukak lambung (peptic ulcer), spasme diafragma, refluks/esofagitis atau dismotilitas esofagus, kolesistitis (radang kantung empedu) atau koledokolitiasis (batu di saluran empedu), pankreatitis (radang pankreas), nefrolitiasis (batu ginjal).
5. Lainnya: penyakit autoimun, keganasan, emfisema mediastinal atau mediastinitis, gangguan somatoform (boleh jadi ini sebagai diagnosis), gangguan cemas, intoksikasi atau keracunan (misal: kokain).
Ringkasnya, beberapa kemungkinan penyakit tersering yang dapat ditandai oleh nyeri dada, antara lain:
1. Sindrom koroner akut
2. Angina stable
3. Emboli paru-paru
4. Pneumonia
5. Pleuritis akibat virus
6. GORD (gastro-oesophageal reflux disease)
7. Kostokondritis
8. Gangguan panik atau cemas
9. Gangguan somatoform
Terkait penyakit jantung, kami juga belum dapat memastikan. Salah satu contohnya, sindrom koroner akut (SKA). Keluhan utamanya: dada terasa tertekan atau ditindih benda berat, disertai mual dan/atau muntah. Memiliki faktor risiko: merokok (aktif/pasif), sering mengenai pria berusia lebih dari 45 tahun, wanita lebih dari 55 tahun, ada hipertensi, diabetes, stroke. Perlu dilakukan juga pemeriksaan: EKG, rontgen dada, enzim jantung, BNP, angiografi koroner.
Mengingat keluhan yang saudari kemukakan belum spesifik mengarah ke penyakit tertentu, maka kami sarankan untuk segera periksa ke dokter.
Dokter akan melakukan anamnesis (wawancara terstruktur dan komprehensif), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, penegakan diagnosis, pemberian tatalaksana, dan melakukan follow up/edukasi. Perlu diketahui, ilmu kedokteran memiliki seni tersendiri. Inilah the art of medicine. Ada interaksi langsung, ada komunikasi langsung (bertemu). Ada hal-hal yang dapat ditemukan pada saat pemeriksaan fisik yang tidak dijumpai hanya dengan berkonsultasi jarak jauh.
Demikian penjelasan ini. Semoga memberikan solusi.
Dito Anurogo, penulis 17 buku, sedang studi di S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis FK UGM Yogyakarta.
(hrn/vta)











































