Sayang, banyak yang tidak menyadari bahaya kurang tidur. Hal inilah yang mendorong peneliti dari Center for Sleep Sciences, Stanford University untuk menggelar sebuah program yang lain dari yang lain. Mereka pun mengajak dan melatih sejumlah siswa sekolah menengah untuk menjadi 'duta tidur'.
Tujuannya agar para 'duta tidur' yang ada di sebuah sekolah menengah di Menlo Park, California tersebut dapat membantu mengkampanyekan fenomena kurang tidur pada remaja berikut bahayanya bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Video Game dan Media Sosial, Dua Penyebab Remaja Kekurangan Jam Tidur
"Ironisnya, kalau kami bilang remaja kekurangan stok makanan, ini akan jadi perhatian nasional, tetapi tidak dengan kurang tidur," keluh salah satu peneliti dari Sleep Disorders Clinic, Stanford University, Dr Rafael Pelayo seperti dilaporkan CBS News.
Ketika Pelayo bertanya kepada sekelompok siswa tentang berapa banyak dari mereka yang mengeluh lelah ketika bangun tidur, ia juga mengaku tak begitu kaget melihat hampir semua anak mengangkat tangannya.
Riset mengungkap, ketika seorang anak tumbuh menjadi remaja, ritme sirkadian atau jam biologis mereka akan berjalan lebih lambat sehingga remaja cenderung tertidur dua jam lebih larut daripada saat mereka masih kanak-kanak.
Persoalannya, mereka harus bangun pagi untuk berangkat ke sekolah, yang dengan kata lain memotong jam tidur mereka. Nora akhirnya memahami bahwa jam-jam yang terpotong itulah kunci kesuksesannya di masa depan.
"Kami kira dengan begadang maka pelajaran menjadi lebih mudah masuk dan bertahan dalam otak, tetapi ternyata ini tidak benar," tutupnya.
Baca juga: Jam Tidur Mirip Orang Dewasa, Tapi Pola Tidur Remaja Jauh Lebih Unik
Sejumlah pakar sepakat remaja butuh tidur selama 8-10 jam setiap malam. Namun menurut catatan National Sleep Foundation, 87 persen siswa sekolah menengah tidak mendapatkan durasi sebanyak itu saat terlelap. American Academy of Pediatrics bahkan menyebut fenomena kurang tidur pada remaja ini sebagai epidemi.
Kurang tidur dipastikan dapat mengganggu konsentrasi, dan juga menyebabkan ansietas atau kecemasan, depresi pada remaja, bahkan dapat memicu keinginan untuk bunuh diri. (lll/vit)











































