"Tantangan terbesar untuk endometriosis adalah diagnosis di fase awal, karena gejala yang tidak pasti. Memang, paling banyak pasien dengan endometriosis yakni sekitar 80 persen datang dengan nyeri haid," kata dr Hari Nugroho yang merupakan salah satu pendiri GMITS (Gynecologic Minimally Invasive Treatment Surabaya-www.trust-gmits.com), dalam perbincangan dengan detikHealth.
Tapi, dr Hari menegaskan belum pasti semua pasien endometriosis mengeluh nyeri haid. Untuk itu, pada bulan Maret ini yang merupakan endometriosis awareness month diharapkan paling tidak bisa dilakukan kampanye untuk meningkatkan awareness tentang nyeri haid.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Hal-hal Seputar Endometriosis yang Masih Dipercaya, Padahal Cuma Mitos
Lebih dari separuh pasien yang ditangani merupakan pasien endometriosis. Dikatakan dr Hari, banyak sekali kasus endometriosis yang ditangani namun sudah pada derajat berat. Bahkan, ada yang sudah menjalar ke organ sekitarnya, seperti sudah mencapai saluran tuba kanan dan kiri sampai mengalami kebuntuan dan tidak dapat diperbaiki.
"Ada satu kasus dari Kalimantan di mana endometriosisnya sampai menutup saluran kencing kanan dan kiri dan akibatnya ginjalnya membengkak. Ada juga yang sudah menembus usus, sehingga menimbulkan perdarahan di usus," kata dr Hari.
Untuk itu, dr Hari mengingatkan untuk tidak menganggap sepele gejala endometriosis di antaranya nyeri haid, nyeri panggul, nyeri saat bercinta, ada keluhan pencernaan seperti konstipase atau diare, nyeri saat buang air besar, nyeri saat berkemih, sulit punya anak, mengalami keluhan berkemih, dan ada tumor indung telur (kista ovarium).
Baca juga: Bila Tak Diobati, Endometriosis Bisa Juga Tingkatkan Risiko Sakit Jantung
(rdn/up)











































