Untuk itu, ketika ada orang tua yang mengonsultasikan anaknya, psikiater anak dan remaja di Klinik Tumbuh Kembang & Edukasi Terpadu RS Pondok Indah, dr Ika Widyawati SpKJ(K) mengatakan dirinya melihat kondisi si anak sekilas dan nomor satu yang saat itu lebih penting adalah bagaimana kondisi orang tuanya.
"Perlu dilihat bagaimana orang tua menghadapi emosinya. Baiknya jangan menyangkal karena memang kondisi anak seperti itu. Bicara seperti ini saya akui memang gampang tapi penting juga bagi orang tua untuk bisa menguasai perasaan dia dulu," kata dr Ika dalam Temu media di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (31/3/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kenali, Ini Gejala Autisme pada Anak-anak
Jika orang tua sudah mampu menghadapi emosinya, selanjutnya perlu untuk menghadapi fakta bahwa hidup tetap berjalan dan tidak bisa mengulang masa lalu. dr Ika juga menekankan pentingnya agar orang tua tidak memiliki perasaan bersalah.
"Tutuplah masa lalu dan buka lembaran baru. Anak ini mau diapakan gitu lho. Sadari pula bahwa anak butuh support. Kalau orang tua sibuk coba sempatkan tanya langsung ke terapis atau dokternya gimana progres anak. Jangan melulu semuanya diserahkan pada si mbak. Lalu konsultasi lah ke orang yang kompeten. Jadilah orang tua yang cerdas, sehat jiwa raga dan selalu berpikir positif," lanjut dr Ika.
Jika kakak atau adik si anak tidak autisme, dr Ika menekankan jangan pisahkan mereka. Biarkan mereka dekat sedari kecil sehingga si kakak atau adik paham bagaimana kondisi saudaranya itu. Bukan tanpa alasan, dr Ika menegaskan hal itu penting dilakukan karena nanti saat si anak dengan autisme ini besar, pasti saudaranya yang akan mengurusnya ketika kelak kedua orang tuanya sudah tidak ada.
Baca juga: Jelang Usia 2 Tahun Tapi Anak Belum Bicara Lancar? Mungkin Ini Sebabnya (rdn/up)











































