Dalam 12 bulan setelah mengalami putus cinta, risiko mengalami detak jantung yang tidak teratur mengalami peningkatan. Kondisi yang dikenal sebagai atrial fibrilation ini meningkatkan risiko stroke dan gagal jantung yang bisa berujung pada kematian.
Peningkatan risiko bisa mencapai 40 persen atau bahkan lebih. Peningkatan risiko lebih besar dialami pada usia lebih muda dan pada kasus kehilangan orang-orang tersayang akibat peristiwa yang tidak diharapkan, misalnya kematian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fakta ini terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Denmark. Penelitian ini melibatkan 89.000 orang dengan diagnosis atrial fibrillation antara tahun 1995 hingga 2014. Data tersebut dibandingkan dengan 886.000 rekam medis pada kelompok pasien tanpa gangguan jantung.
"Kehilangan partner dianggap sebagai salah satu peristiwa paling stressfull dalam hidup dan mungkin dialami siapapun," tulis para ilmuwan dari Aarhus University yang melakukan penelitian tersebut, dikutip dari Dailymail, Rabu (5/4/2016).
Namun dalam kenyataannya, ada berbagai macam kemungkinan dalam menyikapi perpisahan dengan orang tersayang. Seperti diberitakan detikHealth sebelumnya, seorang pria mengklaim tekanan darahnya justru makin stabil dalam 30 hari setelah diputus pacarnya.
"Stres dan kegelisahan bisa menyebabkan peningkatan sementara pada denyut jantung, tapi ini biasanya hanya sementara dan bukan berkelanjutan," kata dr Jerome Ment, pakar kesehatan dari Spire Parkway Hospital mengomentari klaim yang menyertai posting-an grafik tekanan darah di situs Reddit tersebut.
Baca juga: Ini yang Dialami Jantung Lelaki, 30 Hari Setelah Putus Cinta (up/up)











































