Ya, sampai tahun 2015, lebih dari 70 persen kasus penyumbang malaria di Indonesia adalah dari provinsi Papua dan Papua Barat.
Hebatnya, kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, dinilai berhasil melakukan program pengendalian malaria. Ini karena kabupaten tersebut mampu menurunkan angka kesakitan malaria dari 112 per 1.000 pada tahun 2009 menjadi 2,4 per 1.000 penduduk pada akhir tahun 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Teluk Bintuni, Andreas Ciokan, MM, program pengendalian malaria di Kabupaten Teluk Bintuni dilaksanakan melalui strategi EDAT atau Early Diagnosis and (Prompt) Treatment.
"Kawasan Teluk Bintuni sebagian hanya bisa dilewati dengan 'burung besi' alias pesawat. Ini yang bikin sulit. Papua identik dengan malaria. Tapi kondisi-kondisi ini yang kita coba atasi," ujar Andreas dalam jumpa pers di Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Menurutnya, kini sudah sulit mencari kasus malaria di Teluk Bintuni. "Cari malaria di sini sudah susah. Ini hasil kerja keras semua pihak," imbuhnya.
Baca juga: Saran Menkes: Serai dan Kecombrang Juga Bisa Digunakan untuk Hindari Nyamuk
(ajg/vit)











































