Oleh karena itu minyak nabati seperti minyak zaitun, jagung, canola, dan yang populer kelapa sawit sering digunakan. Beberapa studi juga telah meneliti bahwa kandungan lemak tak jenuh pada minyak nabati ini berkaitan dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah.
Tapi pembuktian anggapan bahwa minyak nabati berhubungan dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah tersebut sebetulnya belum dibuktikan langsung. Oleh karena itu Dr Christopher Ramsden dari National Institutes of Health, Amerika Serikat, melakukan studi mencoba secara khusus melihat dampakĀ apabila seseorang mengonsumsi beragam jenis minyak tersebut terhadap kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika Ramsden memeriksa data dari eksperimen yang dilakukan di lebih dari 9.400 orang, ia menemukan tingkat kolesterol yang rendah pada minyak nabati tak berujung pada rata-rata harapan hidup yang lebih baik.
"Faktanya partisipan yang mengalami penurunan kolesterol terbanyak memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi, bukannya lebih rendah," kata Ramsden seperti dikutip dari Reuters ,Kamis (28/4/2016).
Para partisipan yang datanya digunakan berusia antara 20-97 tahun. Mereka secara acak dibagi menjadi dua kelompok dengan satu kelompok diberi diet murni hanya menggunakan minyak jagung dan kelompok lainnya diet tinggi lemak jenuh dari minyak hewani.
Hasilnya dipublikasi di jurnal BMJ menemukan memang mereka yang mengonsumsi minyak nabati kolesterolenya berkurang hingga rata-rata 14 persen. Namun peneliti tak menemukan adanya penurunan tingkat kematian.
"Mungkin minyak nabati tak lebih baik untuk pembuluh darah dibandingkan lemak jenuh, tapi tak ada bukti yang menyebut bahwa minyak nabati ini berbahaya sehingga orang-orang tak perlu berhenti menggunakannya," kata Dr Lennert Veerman dari University of Queensland mengomentari studi.
Baca juga: Minyak Kelapa Murni Bisa Bantu Diet Penurunan Berat Badan? Ini Faktanya
(fds/vit)











































