Ironisnya, hal yang ditemui sehari-harilah yang paling sering menyebabkan kerusakan sperma. Persoalannya, banyak orang yang tidak menyadari hal ini.
Peneliti Dr Marian Radwan of Gameta Hospital, Rzgow, Polandia kemudian melakukan pengamatan terhadap 286 pria berumur di bawah 45 tahun yang menjadi pasien di sebuah klinik kesuburan. Mayoritas dari mereka kelebihan berat badan, bukan perokok, dan/atau memiliki tingkat stres yang tinggi, baik dari kehidupan sehari-hari maupun pekerjaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan pria yang DNA spermanya mengalami sedikit fragmentasi dapat membuahi pasangannya, baik secara alami maupun melalui prosedur seperti in vitro fertilization atau bayi tabung.
Menariknya, kondisi serupa juga ditemukan pada pria dengan tingkat penggunaan ponsel yang tinggi. Dari data awal terungkap separuh partisipan telah menggunakan ponsel selama 6-10 tahun belakangan.
Pria yang kelebihan berat badan atau menggunakan ponsel lebih dari 10 tahun juga terbukti memiliki lebih banyak sperma tak matang dalam tubuhnya ketimbang yang tidak obes ataupun tidak sering terpapar ponsel.
Apa yang berbeda? Ternyata Radwan dan timnya memakai metode yang tidak lazim digunakan untuk mengetahui tingkat kesuburan pria, yang biasanya dianalisis dari jumlah, konsentrasi maupun mobilitas sperma itu sendiri.
Baca juga: Pria Hobi Lari? Ini Efek yang Bisa Terjadi pada Mr P dan Testis
Peneliti kemudian meyakini cara ini lebih 'mujarab' untuk mengetahui tingkat kesuburan seorang pria. Sebab faktor-faktor seperti konsumsi kopi, alkohol, kebiasaan merokok dan kadar aktivitas fisik justru tidak terlacak pengaruhnya terhadap fragmentasi DNA.
Dengan begitu, meskipun parameter sperma pada umumnya seperti volume sperma saat ejakulasi dan konsentrasi spermanya normal, tetapi hal-hal yang ditemukan dalam keseharian, baik dari lingkungan ataupun gaya hidup ternyata dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan kerusakan pada DNA sperma.
"Hanya saja kita takkan pernah tahu, karena analisis semen yang standar tidak mencantumkan metode pengamatan fragmentasi pada DNA," tutup peneliti seperti dilaporkan Reuters.
Baca juga: Laki-laki yang Tak Banyak Memproduksi Sperma Lebih Rentan Diabetes (lll/vit)











































