Khusus untuk lansia, pada dasarnya mereka memang cenderung memperlihatkan gejala depresi seperti murung, apatis, kehilangan minat pada hal-hal yang dilakukannya sehari-hari atau sulit mengendalikan emosi. Tetapi ada yang bersifat permanen, ada juga yang timbul-tenggelam.
Nah, penelitian terbaru yang Erasmus University Medical Centre, Rotterdam, mengungkap, pada lansia yang terus memperlihatkan gejala depresi selama lebih dari tiga tahun berisiko lebih besar mengalami demensia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di akhir studi tercatat 434 partisipan didiagnosis dengan demensia, bahkan 348 di antaranya mengidap Alzheimer. Peneliti berhasil membuktikan bahwa hanya pada kelompok yang depresinya memburuk dari waktu ke waktu berisiko paling tinggi untuk mengalami demensia.
Bahkan peneliti menambahkan, risiko ini sudah terlihat setelah tiga tahun pertama. Dalam kelompok tersebut dilaporkan 22 persen partisipan didiagnosis demensia.
Baca juga: Unik, Dokter Ini Teliti Manfaat Poco-poco untuk Cegah Demensia
Namun peneliti juga meyakini risiko demensia tidak berlaku bagi mereka yang gejala depresinya berlangsung dalam jangka pendek atau sesekali muncul saja. Terbukti dari mereka yang gejala depresinya rendah hanya 10 persen yang pada akhirnya mengidap demensia atau 226 orang saja.
"Kalau gejala depresinya memburuk dari waktu ke waktu maka ini bisa jadi metode yang lebih baik untuk memprediksi risiko demensia di kemudian hari, bahkan bila dibandingkan gejala lain," kata ketua tim peneliti, Dr Arfan Ikram seperti dilaporkan Express.co.uk.
Dugaan Ikram, depresi dan demensia bisa jadi merupakan gejala dari sebuah kondisi, atau gejala depresi yang memburuk sebenarnya baru awal dari rangkaian gejala demensia pada lansia.
Baca juga: Pada Pria, Kriteria Istri Disebut Berkaitan dengan Risiko Demensia (lll/vit)











































