Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dr Roy Sparringa menyebut survei Global Security Index 2015 menempatkan Indonesia di posisi bawah soal keamanan pangan. Air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan turut memberikan porsi besar dalam buruknya penilaian keamanan pangan di Indonesia.
"Dari 109 negara, Indonesia ada di posisi 88. Sementara di kawasa ASEAN dari 8 negara, Indonesia posisi 7. Tentunya ini kan jelek sekali. Penyebabnya karena akses air minum dan air bersih masih jauh dari harapan," tutur Roy, dalam sambutannya di acara Kick-off Bulan Keamanan Pangan di Kantor BPOM, Jl Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Senin (9/5/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala BPOM Roy Sparringa (Foto: Reza/detikHealth) |
Baca juga: Sanitasi Lingkungan yang Baik Bantu Kurangi Jumlah Stunting
Jika kebersihan lingkungan penyedia air minum tidak diperhatikan, maka risiko pencemaran mikroba dan logam berat meningkat. Nantinya, masyarakat yang terkena dampak kesehatan.
"Di air mineral kemasan ada mikroba? Ada. Ada logam berat? Ya ada. Masalahnya kan dosisnya. Kalau sumber airnya sudah tercemar dan diminum hingga tahunan, tentunya risiko terserang penyakit akibat mikroba dan logam berat akan meningkat," tandasnya lagi.
Oleh karena itu, Roy mengatakan pengawasan dan pembinaan bagi depot-depot air isi ulang harus diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah daerah, BPOM, serta masyarakat harus bekerja sama untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dari pencemaran air minum.
"Karena tempatnya itu harus bersih, cartridge-nya harus sering diganti dan dibersihkan serta sumber airnya dari mana," tutupnya.
(mrs/vit)












































Kepala BPOM Roy Sparringa (Foto: Reza/detikHealth)