Tak Hati-hati, Main di Playground Tingkatkan Risiko Trauma Otak pada Anak

Tak Hati-hati, Main di Playground Tingkatkan Risiko Trauma Otak pada Anak

Hillariana Ikhlash Devani - detikHealth
Jumat, 13 Mei 2016 09:06 WIB
Tak Hati-hati, Main di Playground Tingkatkan Risiko Trauma Otak pada Anak
Ilustrasi playground (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta - Anak-anak umumnya sangat suka bermain di playgorund alias taman bermain. Akan tetapi, studi terbaru menemukan terjadi peningkatan trauma pada otak anak setelah mereka bermain di playground.

Studi yang dilakukan oleh National Center for Injury Prevention and Control menganalisis tingkat kecelakaan pada anak di bawah umur 14 tahun dari tahun 2005 sampai tahun 2013. Dapat disimpulkan, ada kecenderungan peningkatan kasus anak dilarikan ke unit gawat darurat (UGD) karena trauma pada otak. Trauma otak ini terjadi umumnya pada anak laki-laki dan dialami paling banyak saat anak berusia 5 sampai 9 tahun.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Pediatrics Medical ini mengatakan permainan palang besi dan ayunan adalah permainan yang paling banyak menimbulkan trauma pada otak. Kenaikan pelaporan kasus Traumatic Brain Injury (TBI) sendiri dikatakan penulis disebabkan dua alasan yaitu peningkatan waktu bermain anak-anak dan meningkatnya kesadaran orang tua.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disebutkan dalam laporan penelitian, kenaikan ini mungkin juga disebabkan karena kesadaran masyarakat akan TBI dan gegar otak telah mendorong orang tua mencari perawatan medis untuk anak-anak mereka. Namun, orang tua tidak perlu khawatir, 95,6 persen anak diketahui tidak memiliki cedera jangka panjang. Bahkan, banyak dari anak yang mengalami trauma tersebut bisa keluar dari rumah sakit tanpa perawatan lebih lanjut.

Baca Juga: Tips Traveling Bawa Anak, Agar Tak Ganggu Orang Lain

"Walaupun kesadaran orang tua meningkat, keamanan di taman bermain tetap harus ditingkatkan. Sehingga, studi ini diharapkan bisa berguna bagi pejabat kesehatan," kata Dr Oscar Guillamondegui, direktur Vanderbilt Multidisciplinary Traumatic Brain Injury Clinic, dikutip dari ABC News.

Ia menambahkan, anak-anak masih sering terluka sampai mengidap cedera otak. Padahal, tingkat cedera otak bisa memberi dampak jangka panjang yang dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi dan berbagai gangguan kognitif beberapa tahun kemudian.

Sementara itu, Dr Jerri Rose, dokter anak dari University Hospitals Case Medical Center mengatakan pengasuh atau orang tua harus membawa anak-anak ke UGD jika si anak mengalami cedera kepala. Disampaikan Rose, tanda anak harus dibawa ke UGD di antaranya muntah terus-menerus, lesu, mengalami perubahan perilaku, serta kehilangan kesadaran pasca mereka mengalami trauma atau kecelakaan saat bermain di playground. (rdn/vit)

Berita Terkait