Sampai akhirnya peneliti di University of Pennsylvania melakukan studi yang baru-baru ini dipublikasi di The Journal of Child Psychology and Psychiatry. Menurut pemimpin studi Adrian Raine tampaknya efek omega-3 memang bisa mengurangi perilaku agresif anak.
"Tapi kami tak bisa menyederhanakan kompleksitas dari perilaku antisosial ini. Ada banyak penyebabnya bukan hanya masalah di otak saja. Apakah ini seperti puzzle? Saya pikir iya," kata Raine menambahkan bukan berarti omega-3 solusi pasti seperti dikutip dari Medical Daily News, Rabu (18/5/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam studi sebanyak 290 anak berusia 11-12 tahun dilibatkan dan dibagi menjadi tiga kelompok yang mendapat metode terapi berbeda. Kelompok pertama mendapat suplemen omega-3, kelompok kedua mendapat terapi perilaku kognitif (CBT), dan kelompok ketiga mendapat suplemen dan terapi.
Hasilnya kelompok anak yang mendapat omega-3 dan kelompok anak terapi ditambah omega setelah tiga bulan dilaporkan memiliki pengurangan perilaku agresif yang lebih signifikan dibandingkan kelompok yang mendapat terapi saja. Namun menarik perhatian peneliti karena semakin lama efek pengurangan agresivitas pada kelompok omega-3 berkurang.
Terkait hal tersebut Raine mengatakan mereka perlu meneliti lebih jauh lagi untuk melihat faktor neurologis yang berperan.
Untuk omega-3 sendiri dalam diet sehari-hari mudah ditemukan pada bahan makanan seperti kacang-kacangan dan ikan.
Baca juga: Ibu Hamil Gemar Makan Ikan Laut, Otak Anak Bisa Lebih 'Encer'
(fds/vit)











































