Hal-hal tersebut jadi faktor risiko untuk mag karena bisa memicu produksi asam lambung yang berlebih. Pada akhirnya dinding lambung pun terkikis menjadi luka dan gejala seperti mual, perih, dan rasa tak nyaman di perut muncul.
Menurut dr Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD, dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang akrab disapa dr Koko, mag ada tingkatannya. Pada tingkat yang paling ringan gejala dapat sembuh sendiri cukup dengan mengkontrol faktor risikonya dan mungkin ditambah obat ringan bila perlu. Tapi bila seseorang membiarkan kondisinya dalan waktu lama, maka gejala penyakit pun akan semakin parah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita khusus membahas asam lambungnya saja itu penyebaran (penyakit -red) bisa jadi GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease. Jadi asam lambungnya itu naik ke atas," kata dr Koko ketika ditemui media di Kantor Pengurus Pusat IDI, Menteng, Jakarta, Rabu (18/5/2016).
"Asam lambung ketika dia berkelebihan ke atas membuat rasa panas, pahit saat bangun pagi, dan terus jadi sering bersendawa itu harus dicurigai sebagai GERD. Biasanya ada luka di kerongkongannya. Ini berbahaya karena dalam jangka panjang bisa jadi kanker esofagus," papar dr Koko.
Masih belum diketahui pasti butuh berapa lama masalah asam lambung ini dapat memicu kanker. Namun sebisa mungkin sangat disarankan bila memang ada mag agar diatasi secepatnya sebelum menjadi komplikasi.
dr Koko mengatakan selain menghindari faktor risiko ada berbagai tips juga yang bisa dilakukan untuk memperbaiki mag. Misal ketika makan sebaiknya hindari porsi besar agar kerja lambung juga lebih ringan. Selain itu bisa juga dengan rutin minum air putih agar keasaman lambungnya dapat lebih dijaga.
"Makanan yang dianjurkan seperti biasa tapi porsinya kecil jadi dalam sehari bisa makan 5-6 kali supaya kerja lambungya nggak berat. Kaya orang kelelahan kan nggak bisa dikasih pekerjaan penuh, sedikit-dikit dulu," pungkas dr Koko. (fds/vit)











































