"Mulai melakukan teransfusi darah sejak umur 8 tahun, sekarang umur saya sudah 21 tahun, tidak sekolah karena waktu itu saya putus asa akhirnya putus sekolah," kata Nurul Arianto saat berbincang dan diajak berfoto dengan Ganjar Pranowo.
Ganjar berdialog dengan Nurul usai meresmikan gedung instalasi pelayanan thalassemia Terpadu di RSUD Banyumas, Kamis (19/5/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di sekolah pikiran saya 'emang saya bisa kayak anak-anak lain?' karena saya takut tidak bisa seperti anak normal lainnya. Tapi itu dulu, sekarang saya sudah tahu jika anak thalasemia juga bisa beraktivitas seperti anak lainnya," kata Nurul yang hanya lulusan SMP itu.
Baca juga: Darah yang Hilang Hanya Bisa Diganti oleh Darah
Mendengar pengakuan Nurul, Gubernur Ganjar langsung memerintahkan Bupati Banyumas agar memberikan pendidikan kepada Nurul agar tidak putus sekolah dan dapat melanjutkan pendidikan.
"Ya mau sekolah lagi tapi paling saya maunya kursus aja, saya suka benerin hp dan jual beli online, paling kursus elektronik," ujar Nurul yang sangat ingin bekerja.
Warga Desa Karet, Kecamatan Sumpiuh itu mengaku hampir setiap bulan dirinya melakukan transfusi darah. Gejala yang dirasakan ketika dirinya harus segera melakukan transfusi darah biasanya lemas, pusing dan lebih cepat letih.
"Setiap ganti transfusi 1 bulan sekali. Kesini hari ke 29 sampai kemarin masih bisa main bulutangkis, cuma setelah itu Hb (hemoglobin) turun rendah," jelas Nurul.
Setelah diperintahkan oleh Ganjar Pranowo, Bupati Banyumas Achmad Husain langsung memerintahkan anak buahnya untuk mendata Nurul agar bisa melanjutkan pendidikannya dengan beasiswa Banyumas Pintar.
Baca juga: Penyakit Ini Berpotensi 'Menghalangi' Pernikahan
(arb/vit)











































